Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kerajaan Banjar Dipindahkan ke Martapura?

Kompas.com - 06/12/2022, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam yang berdiri di Kalimantan Selatan sejak 1520-an.

Mulanya, kerajaan ini beribu kota di Kuin (Banjarmasin), tetapi kemudian dipindah ke Martapura sekitar tahun 1650-an.

Ketika beribu kota di Martapura, Kerajaan Banjar disebut juga sebagai Kerajaan Kayu Tangi.

Meskipun ibu kota Kerajaan Banjar dipindahkan, berbagai aktivitas perdagangan di pelabuhan Banjarmasin masih tetap berjalan baik dan bahkan ramai pengunjung.

Lantas, apa alasan Kerajaan Banjar dipindahkan ke Martapura?

Baca juga: Kesultanan Banjar: Sejarah, Sistem Pemerintahan, dan Masa Kejayaan

Kuin, Ibu Kota Kerajaan Banjar hancur

Kerajaan Banjar dipindahkan ke Martapura karena ibu kota Kuin telah hancur.

Masa kejayaan Kerajaan Banjar berada pada dekade pertama abad ke-17, di bawah pemerintahan Sultan Mustain Billah sejak 1595 hingga 1638.

Kerajaan Banjar tumbuh menjadi pusat perdagangan yang ramai pengunjung.

Adapun komoditas perdagangan utamanya adalah lada hitam, madu, rotan, emas, intan, damar, dan kulit binatang.

Di saat yang bersamaan, Kerajaan Banjar juga memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir, Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam-Asam, Kintap, dan Swarangan.

Pada 1596, Kerajaan Banjar tiba-tiba diserang oleh Belanda dengan merampas 2 jung atau 2 perahu besar berisi lada karena mereka tidak memperoleh lada di Banten.

Baca juga: Raja-Raja Kesultanan Banjar

Sejak saat itu, pasukan Belanda pun semakin tertarik terhadap Kerajaan Banjar, terutama dengan kekayaan lada hitamnya.

Oleh sebab itu, Belanda kembali mengirimkan ekspedisinya ke Kerajaan Banjar pada 7 Juli 1607, yang dipimpin oleh Koopman Gillis Michaelszoon.

Karena merasa tidak terima kekayaan rempahnya dirempas, Kerajaan Banjar pun menyerang pasukan Belanda dan Koopman Gillis Michaelszoon menjadi salah satu korbannya.

Sebagai aksi balas dendam atas kematian Gillis Michaelszoon, Belanda kembali datang ke Kerajaan Banjar pada 1612.

Armada Belanda menyerang habis-habisan Banjarmasin dari arah Pulau Kembang dan menembaki ibu kota Kerajaan Banjar, Kuin sampai hancur.

Melihat kondisi Kuin yang sudah karut-marut, maka ibu kota Kerajaan Banjar dipindahkan ke Martapura.

Ketika beribu kota di Martapura, Kerajaan Banjar juga disebut sebagai Kerajaan Kayu Tangi.

Sewaktu pemerintahan Kerajaan Banjar dipindah ke Martapura, sultan yang memimpin adalah Sultan Tamjidillah I yang bertakhta sejak 1734 hingga 1759.

Setelah itu, di bawah pemerintah Sultan Sulaiman (1801-1825), pusat pemerintahan kembali dipindah dari Martapura ke Karang Intan.

Namun, ketika Kerajaan Banjar dipimpin oleh Sultan Adam (1825-1857), pusat pemerintahan kembali dipindah ke Martapura dan menjadi pemindahan ibu kota yang terakhir.

Riwayat Kerajaan Banjar berakhir pada 1905, seiring dengan wafatnya sang raja terakhir, yaitu Sultan Muhammad Seman.

 

Referensi:

  • Prasetyo, Deni. (2009). Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com