Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapak Perunggu: Fungsi, Jenis, dan Persebarannya

Kompas.com - 18/10/2022, 16:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Tipe 2

Kapak tipe kedua disebut juga dengan kapak sriti karena bentuknya yang menyerupai burung Sriti.

Pada bagian tangkainya, terdapat belahan yang membentuk seperti sayap burung. Kapak ini ada yang memiliki belahan dalam dan ada juga yang tidak.

Kapak perunggu jenis ini mempunyai corak dan hiasan yang menarik, dan kemungkinan hanya kalangan tertentu yang memilikinya.

Tipe 3

Tipe 3 atau tipe pahat memiliki ukuran besar dan kecil. Kapak perunggu ini ukuran tangkainya lebih panjang daripada bagian yang tajam atau ujung corongnya.

Di Indonesia, kapak ini tersebar di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Maluku, dan Sulawesi Selatan.

Baca juga: Candrasa: Pengertian, Fungsi, Ciri-ciri, dan Lokasi Penemuan

Tipe 4

Kapak perunggu tipe 4 atau tipe tembilang memiliki mata kapak yang gepeng, bentuknya setengah lingkaran, dan ukurannya pendek serta bagian bahunya lurus.

Kapak ini banyak ditemukan di Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi.

Tipe 5

Kapak perunggu tipe 5 memiliki mata kapak yang berbentuk seperti bulan sabit dan bagian tengahnya agak lebar dengan kedua sisi menyempit.

Lokasi penemuannya tersebar di wilayah Papua dan Bali.

Tipe 6

Kapak perunggu tipe 6 juga disebut tipe jantung karena memiliki bentuk menyerupai jantung manusia.

Bagian bahunya terlihat melengkung dan pangkalnya menyerupai sapu lidi. Kapak ini hanya ditemukan di wilayah Bali.

Baca juga: Kjokkenmoddinger: Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan

Tipe 7

Kapak perunggu tipe 7 atau candrasa memiliki pegangan paling pendek dan mata yang tipis, tetapi sangat tajam.

Kapak yang banyak sekali ditemukan di wilayah Pulau Jawa ini ujungnya melengkung dan melebar ke dalam, serta memiliki hiasan kaki burung pada mata atau tangkai kapak.

Tipe 8

Kapak perunggu ini memiliki tangkai dan mata yang menyatu dengan cakram sebagai sambungan mata dan tangkai di bagian pangkalnya.

Kapak ini sangat khas karena ada hiasan pola topeng yang mirip dengan kipas dan banyak ditemukan di Pulau Rote.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com