JAKARTA, KOMPAS.com - Biodiesel pada prinsipnya merupakan bahan bakar nabati berupa campuran antara minyak nabati dengan bahan bakar solar.
Bahan bakar solar adalah bahan bakar yang berbasis pada minyak bumi dari fosil.
Berkait dengan biodiesel ini, dalam catatan buku Biodiesel, Jejak Panjang Sebuah Perjuangan (2021), terbitan Litbang ESDM, tercatat adanya sejarah keprihatinan Indonesia akan makin berkurangnya bahan baku BBM berbasis fosil.
Menurut buku tersebut, sejatinya, krisis minyak dunia sudah terjadi sejak 1970.
Baca juga: Pemerintah Kejar Program Biodiesel B40 Mulai Oktober 2022
Salah satu pemicu krisis itu adalah tingginya produksi kendaraan bermotor yang mengakibatkan melonjaknya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) solar.
Dari tahun ke tahun, BBM jenis solar, misalnya, menanjak jumlah angka permintaannya.
Sawit
BBM solar, misalnya, per 2021, termasuk dalam kebutuhan BBM nasional sebanyak 75,27 kiioliter.
Sementara, data dari ESDM menunjukkan bahwa per 2020, konsumsi BBM nasional, termasuk solar, ada di angka 63,96 juta kiloliter.
Makin meningginya kebutuhan BBM termasuk solar, sudah barang tentu membuat pemerintah menghitung betul kondisi keuangannya.
Keadaan ini terjadi lantaran sampai sekarang, pemerintah masih menerapkan subsidi BBM bagi warga masyarakat secara nasional.
Pada bagian lain, Indonesia adalah negara penghasil kelapa sawit yang menduduki rangking utama di Indonesia.
Data termutakhir menunjukkan bahwa hingga akhir 2021, hasil sawit Indonesia mencapai 51,3 juta ton.
Pada 2020, hasil kelapa sawit Indonesia ada di angka 40 juta ton.
Alternatif