KOMPAS.com - Slamet Abdul Sjukur adalah seorang komponis yang disebut-sebut sebagai pelopor musik kontemporer Indonesia.
Sebagai sosok yang tertarik terhadap musik sejak kecil, Slamet menekuni minatnya dan mendedikasikan waktunya untuk kemajuan musik Tanah Air.
Selain mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Indonesia, karya-karya Slamet Abdul Sjukur sangat diapresiasi di mancanegara, khususnya di Eropa.
Berikut biografi Slamet Abdul Sjukur.
Baca juga: Biografi M Mashabi, Perintis Musik Dangdut
Slamet Abdul Sjukur lahir di Surabaya pada 20 Juni 1935, dari pasangan Abdul Sjukur dan Canna.
Saat kecil, Slamet sering diolok-olok karena terdapat kelainan pada kakinya yang membuatnya tidak dapat berjalan normal.
Sebagai pelipur lara, sang nenek yang bernama Buyuti berbagi kesukaannya terhadap musik.
Slamet sering diajak neneknya untuk menikmati permainan piano tetangganya yang berkebangsaan Belanda dan menghadiri berbagai pergelaran musik.
Dari situlah, ketertarikannya terhadap dunia musik terus tumbuh.
Baca juga: Britpop, Masa Kejayaan Musik Rock Inggris
Di usia tujuh tahun, Slamet Abdul Sjukur mulai belajar piano setelah mendapatkan hadiah dari orang tuanya.
Ia belajar piano secara privat dari guru pribumi dan beberapa guru berkebangsaan Eropa.
Oleh gurunya yang berkebangsaan Swiss, Josep Bordmer, Slamet dikenalkan pada musik Perancis dan Spanyol.
Bordmer juga menjadi sosok penting yang mendukung pendidikan musik Slamet Abdul Sjukur, baik ketika di dalam negeri maupun ketika mengejar pendidikan musik hingga ke Perancis.
Pada 1962, Slamet berangkat untuk belajar di Paris setelah mendapatkan beasiswa dari Kedutaan Besar Perancis di Jakarta.
Selama 14 tahun di Perancis, Slamet belajar analisis di Conservatoire National Superieur de Musique dan belajar komposisi di Ecole Normale de Musique de Paris.
Baca juga: Bahder Djohan, Perintis Palang Merah Indonesia
Selama itu pula, Slamet tumbuh menjadi sosok komposer andal yang mampu menciptakan musik dari bahan sederhana.
Ia kemudian dikenal sebagai komposer minimaks, yang mampu menciptakan musik dari bahan yang sangat sederhana.
Bahan sederhana yang dimaksud dapat berupa desir angin, gesekan daun, gemericik air, bunyi gesekan sapu di jalanan, perbincangan orang-orang di sekitarnya, dan masih banyak lainnya.
Berikut riwayat pendidikan Slamet Abdul Sjukur.
Baca juga: Barli Sasmitawinata, Maestro Lukis Asal Bandung
Slamet Abdul Sjukur kembali ke Tanah Air setelah diminta oleh gurunya untuk mengabdi di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Tepat sebelum kepulangannya, ia sempat mendapat pesanan musik dari Pemerintah Perancis.
Setibanya di Indonesia, Slamet menekuni karier di IKJ hingga menjabat sebagai dekan.
Pada 1987, ia dipecat karena terobosannya di dunia musik yang bertumpu pada kebutuhan kreatif tidak dapat diterima oleh Pemerintah Orde Baru.
Kendati demikian, peristiwa itu tidak menghentikan karier dan dedikasinya di dunia musik.
Slamet tetap bisa mengajar di beberapa institut seni dan membentuk beberapa organisasi musik hingga akhir hayatnya pada 24 Maret 2015.
Baca juga: Gesang Martohartono, Sang Maestro Keroncong
Berikut ini peran dan karier yang ditekuni Slamet Abdul Sjukur selama hidupnya.
Baca juga: Mochtar Apin, Tokoh Aliran Seni Lukis Kubisme Indonesia