Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Belanda Menyatakan Perang terhadap Kerajaan Aceh?

Kompas.com - 06/09/2022, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Kekhawatiran Aceh pun kian menjadi ketika Inggris dan Belanda menandatangani Traktat Sumatera pada 1871.

Berdasarkan isi perjanjian tersebut, Belanda diperbolehkan untuk melakukan perluasan wilayah di Sumatera, termasuk Aceh yang sebelumnya tidak boleh diganggu kedaulatannya.

Di tengah situasi yang semakin terjepit, Aceh berusaha memperkuat diri dengan menjalin hubungan dengan negara-negara lain.

Pada Januari 1873, Aceh mencari bantuan dengan mengirim utusan ke Turki. Utusan dari Aceh juga menemui konsul Italia dan Amerika Serikat di Singapura.

Baca juga: Tuanku Hasyim Banta Muda, Panglima Besar Angkatan Perang Aceh

Langkah Aceh tersebut sangat mengkhawatirkan Pemerintah Hindia Belanda, yang tidak menginginkan adanya campur tangan negara asing.

Terlebih lagi, Pemerintah Hindia Belanda mendengar desas-desus bahwa bantuan militer Amerika Serikat untuk Aceh akan datang pada awal Maret 1873.

Alhasil, Menteri Jajahan di Belanda pada 18 Februari 1873 memerintahkan Gubernur Jenderal London di Batavia agar mengirim kapal dan pasukan ke Aceh.

Diputuskan bahwa Komisaris Pemerintah Hindia Belanda untuk Aceh, FN Nieuwenhuysen, berangkat ke Aceh dengan membawa dua kapal perang, yakni Citadel van Antwerpen dan Siak, serta pasukan pada 7 Maret.

Rombongan tersebut mendapat tambahan dua kapal, yakni Murnix dan Corhorn, yang sampai di Aceh pada 22 Maret 1873.

Tidak lama kemudian, datang surat dari FN Nieuwenhuysen untuk Sultan Mahmud Daud Syah.
Melalui surat tersebut, Belanda menuntut Sultan Aceh untuk mengakui kedaulatan Hindia Belanda di wilayahnya, tetapi ditolak.

Baca juga: 4 Perempuan Pemimpin Kesultanan Aceh

Belanda menjadikan penolakan Sultan Aceh tersebut sebagai alasan untuk menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh.

Akhirnya, pada 26 Maret 1873, Belanda mulai menyerang Aceh dengan menembakkan meriam dari kapal Citadel van Antwerpen.

Sejak hari itu, pasukan Aceh yang meliputi para uleebalang, ulama, dan rakyat, terus diserang oleh Belanda.

Kendati demikian, Aceh tidak mudah ditaklukkan dan peperangan sengit terus berlanjut hingga awal abad ke-20.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com