Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Achmad Soebardjo, Menteri Luar Negeri Pertama Indonesia

Kompas.com - 25/08/2022, 16:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Achmad Soebardjo adalah salah satu tokoh nasional yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Achmad Soebardjo merupakan tokoh yang meyakinkan golongan muda bahwa kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945.

Selain itu, Achmad Soebardjo juga berperan melobi Laksamana Tadashi Maeda supaya rumah perwira tinggi Angkatan Laut Jepang itu dapat digunakan untuk merumuskan teks proklamasi.

Baca juga: Peran Achmad Soebardjo dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Setelah kemerdekaan Indonesia, Achmad Soebardjo menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia.

Biografi Achmad Soebardjo

Raden Achmad Soebardjo Djojodisoerjo lahir di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat pada 23 Maret 1896.

Ia merupakan anak dari pasangan Teuku Yusuf dan Wardinah. Ayahnya, Teuku Yusuf merupakan keturunan bangsawan Aceh.

Sementara itu, ibunya bernama Wardinah yang merupakan perempuan berdarah ningrat Jawa.

Sejak kecil, Achmad Soebardjo tumbuh di lingkungan yang memegang kuat ajaran Islam dengan sistem budaya Jawa.

Hal itu berdampak pada Achmad Soebardjo yang memiliki watak tenang dan selalu berpikir hati-hati.

Meski ayahnya bekerja sebagai pegawai di masa pemerintah kolonial Belanda, Achmad Soebardjo tergerak untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Pendidikan Achmad Soebardjo

Achmad Soebardjo menempuh pendidikannya di sekolah menengah Hogere Burger School (HBS) di Batavia pada 1917.

Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda, hingga memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) di bidang undang-undang pada 1933.

Selama berada di Belanda, Achmad Soebardjo turut aktif dalam beberapa organisasi pemuda, seperti Jong Java dan Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging).

Kemudian, pada 1927, Achmad Soebardjo beserta pemuda dari Indonesia hadir dalam forum Liga Anti Imperialisme dan Penindasan di Brussel, Belgia.

Saat itu, Achmad Soebardjo datang sebagai perwakilan mahasiswa Indonesia bersama Mohammad Hatta, Semaoen, Gatot Tarunomihardjo, dan Muhammad Nazir Datuk Pamuntjak.

Dalam forum tersebut, Achmad Soebardjo mendapat kesempatan berbicara di hadapan hadirin.

Ia berpidato tentang pentingnya upaya untuk melawan kolonialisme dan imperialisme dengan bersatu dan sepakat.

Selain itu, pada 1927, Achmad Soebardjo mewakili Perhimpunan Indonesia dalam acara Peringatan Ulang Tahun X Uni Soviet.

Di sana, Achmad Soebardjo mengunjungi Moskwa dan Leningrad untuk menambah pengetahuan politik dan menyebarluaskan perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda.

Menjelang kemerdekaan Indonesia

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda, Achmad Soebardjo yang dianggap sebagai salah satu tokoh berpengaruh, terpilih menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Saat itu, upaya memerdekakan Indonesia sedang gencar-gencarnya hingga membuat adanya perbedaan pendapat di kalangan pejuang Indonesia.

Golongan tua yang terdiri dari Soekarno, Hatta, Achmad Soebardjo, dan lainnya cenderung mengikuti anjuran Jepang dalam memerdekakan Indonesia.

Sementara itu, golongan muda, seperti Sukarni, Chaerul Saleh, Singgih, Wikana, dan lainnya, ingin proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan tanpa campur tangan Jepang.

Perbedaan pendapat tersebut akhirnya mendorong golongan muda menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk menjauhkan kedua tokoh bangsa Indonesia itu dari pengaruh Jepang.

Sementara itu, di Jakarta, Achmad Soebardjo berunding dengan golongan muda hingga disepakatilah rencana proklamasi kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu arahan Jepang.

Setelah itu, Achmad Soebardjo bersama beberapa golongan muda menjemput Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok.

Achmad Soebardjo juga meyakinkan golongan muda bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 11.30 WIB.

Baca juga: Kisah di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sesampainya di Jakarta, Achmad Soebardjo kemudian membawa Soekarno dan Moh Hatta ke kediaman Laksamana Maeda.

Ia pun turut dalam penyusunan teks proklamasi bersama dengan Soekarno dan Moh Hatta yang dilakukan di ruang makan rumah Laksamana Maeda.

Hingga akhirnya, pada 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan oleh Soekarno dan Hatta.

Menjadi Menteri Luar Negeri

Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada 18 Agustus 1945, Achmad Soebardjo dilantik menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia dalam susunan Kabinet Presidensial.

Adapun Kabinet Presidensial dipimpin oleh Soekarno sebagai presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden.

Achmad Soebardjo menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia hingga 14 November 1945. Ia kemudian digantikan oleh Sutan Sjahrir.

Setelah itu, Achmad Soebardjo kembali menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia pada periode 1951-1952.

Berikutnya, Achmad Soebardjo menjadi Duta Besar Indonesia di Swiss pada 1957 hingga 1961.

Achmad Soebardjo meninggal dunia pada 15 Desember 1978 di usia 82 tahun. Ia dimakamkan di Cipayung, Bogor.

Pada 2009, Pemerintah Indonesia menetapkan Achmad Soebardjo sebagai Pahlawan Nasional.

Baca juga: Biografi Soekarno: Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia 

Referensi:

  • Notosusanto, Nugroho. (2008). Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com