Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Singkat Kerajaan Kuala Batee

Kompas.com - 24/08/2022, 16:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Teuku Karim menyanggupinya hingga ia berhasil mengembangkan wilayah Kerajaan Kuala Batee. Atas kepatuhan itu, Teuku Karim kemudian diberi gelar Teuku Lama.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Teuku Karim mulai enggan membayar pajak.

Bahkan, kapal-kapal yang mengambil lada dipindahkan dari Susoh ke pelabuhan Kuala Batee.

Akibatnya, terjadi ketegangan antara Teuku Karim dan Datok Susoh. Keduanya terlibat peperangan yang berlangsung lama.

Peperangan tersebut akhirnya usai setelah terjadi perkawinan antara Teuku Karim dengan cucu Datok Susoh.

Kemajuan Kuala Batee

Setelah perdamaian antara Teuku Karim dan Datok Susoh, Pelabuhan Kuala Batee menjadi pelabuhan resmi di pesisir barat.

Pelabuhan Kuala Batee kemudian semakin berkembang hingga menjadi pemasok barang dagang internasional.

Setelah Teuku Karim turun takhta, Kerajaan Kuala Batee kemudian diteruskan oleh anaknya, yakni Teuku Raja Pidie.

Pada era Teuku Raja Pidie, ia memohon kepada Sultan Aceh supaya Kerajaan Kuala Batee memisahkan diri dari Susoh.

Sultan Aceh kemudian mengabulkan permintaan Teuku Raja Pidie.

Setelah itu, Teuku Raja Pidie menikah dengan perempuan keturunan Minangkabau dan memiliki anak yang bernama Sulaiman.

Sulaiman inilah yang kemudian meneruskan sebagai pemimpin Kerajaan Kuala Batee hingga 1881.

Sejak saat itu, Kuala Batee berkembang pesat di bidang pertanian lada.

Bahkan, wilayah Kuala Batee menghasilkan separuh pasokan lada di dunia.

Pada masa itu, beberapa negara seperti Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat membeli lada dari Aceh.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Maluka

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com