Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasasti Sangguran, Warisan Mataram Kuno yang Diboyong ke Skotlandia

Kompas.com - 01/08/2022, 12:15 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Prasasti Sangguran merupakan peninggalan bersejarah dari daerah Malang, Jawa Timur, yang kini berada di Skotlandia.

Prasasti Sangguran juga disebut sebagai Minto Stone, karena dihadiahkan untuk Lord Minto pada abad ke-19.

Sampai sekarang, prasasti ini masih berada di pekarangan keluarga Lord Minto di Roxburghshire, Skotlandia.

Upaya pemulangan prasasti yang diduga peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini telah dilakukan sejak 2004, tetapi belum juga menemui titik terang.

Baca juga: Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Bagaimana Prasasti Sangguran sampai di Skotlandia?

Prasasti Sangguran adalah salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno atau Medang yang awalnya ditemukan di Ngandat, daerah Malang.

Daerah Ngandat sekarang menjadi Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur.

Namun, Prasasti Sangguran bernasib seperti beberapa benda bersejarah di Nusantara lainnya, yang dibawa pulang oleh bangsa penjajah ke negerinya.

Ketika Indonesia diduduki Inggris antara 1811-1816, prasasti ini diberikan oleh Kolonel Colin Mackenzie kepada Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu.

Kemudian, pada 1812, Raffles menghadiahkan Prasasti Sangguran kepada Lord Minto.

Lord Minto yang bernama lengkap Gilbert Elliot Murray Kynynmound adalah Gubernur Jenderal Inggris di India.

Ia berperan penting ketika Indonesia jatuh ke tangan Inggris dan setelah itu mengangkat Raffles sebagai Gubernur Jenderal wilayah Hindia Belanda.

Pada 1813, Prasasti Sangguran diangkut dari Surabaya menggunakan kapal EIC milik Inggris menuju Kolkata, India, tempat Lord Minto bertugas.

Oleh karena itu, sejak awal abad ke-19 hingga sekarang, Prasasti Sangguran berdiri di pekarangan keluarga Lord Minto di Roxburghshire, Skotlandia.

Baca juga: Isi Buku The History of Java Karangan Raffles

Isi Prasasti Sangguran

Prasasti Sangguran berukuran tinggi 1,61 meter, lebar 1,22 meter, tebal 32 centimeter, dengan berat sekitar 3,5 ton.

Dengan ukuran sangat besar, isi prasasti ini pun sangat panjang. Pada bagian depan prasasti berisi 38 baris tulisan, bagian belakang sebanyak 45 baris, dan pada bagian kiri terdapat 15 baris tulisan.

Dua baris pertama dari isi Prasasti Sangguran ditulis menggunakan bahasa Sanskerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.

Menurut sejarawan Indonesia, Prasasti Sangguran merupakan sumber informasi penting bagi Kerajaan Mataram Kuno, terutama terkait pergeseran ibu kotanya ke Jawa Timur.

Prasasti ini menyebut nama Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga atau Dyah Wawa, yang diketahui sebagai raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Tengah.

Setelah pemerintahan Dyah Wawa berakhir, pusat Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, yang kemudian lebih dikenal sebagai Kerajaan Medang.

Baca juga: Pemindahan Ibu Kota Kerajaan Mataram Kuno

Prasasti Sangguran berangka tahun 928 Masehi, atau setahun sebelum pusat kerajaan dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur.

Tidak semua tulisan pada Prasasti Sangguran dapat terbaca karena telah usang.

Bagian yang masih terbaca menyatakan bahwa raja dan Rakryan Mapatih i Hino Mpu Sindok telah bernazar untuk menjadikan Desa Sangguran suatu perdikan (sima) tempat didirikannya sebuah candi.

Uniknya, kelompok yang diserahi tanah perdikan adalah golongan pandai besi.

Para sejarawan menduga pada masa Dyah Wawa terdapat sekelompok pandai besi yang berjasa kepada raja.

Selain itu, Prasasti Sangguran berisi peringatan kepada siapa saja yang memindahkannya.

Peringatan yang oleh beberapa pihak disebut sebagai kutukan itu berbunyi bahwa orang yang memindahkan prasasti ini akan ketiban sial dan menemui ajal yang mengerikan.

Baca juga: Mpu Sindok, Raja yang Memindahkan Mataram Kuno ke Jawa Timur

Kutukan ini pun dipercaya sebagian orang, yang menghubungkannya dengan pemecatan sekaligus kematian Lord Minto pada 21 Juni 1814, tidak lama setelah memboyong Prasasti Sangguran ke kampung halamannya.

Upaya pemulangan prasasti ini ke Indonesia telah dilakukan sejak 2004, tetapi belum juga menemui titik terang.

Salah satu kendalanya adalah Prasasti Sangguran atau Minto Stone telah dianggap menjadi budaya lokal Skotlandia.

 

Referensi:

  • Brandes, J.L.A. (1913). Oud-Javansche Oorkonden. Batavia: Albrecht &. Co.
  • Noltie, Henry. (2009). Raffles' Ark Redrawn: Natural History Drawings from the Collection of Sir Thomas Stamford Raffles. London & Edinburgh: British Library & Royal Botanic Garden Edinburgh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com