Perahu-perahu warisan Sriwijaya juga dibuat sesuai tradisi budaya Asia Tenggara, yakni dengan menggunakan teknik papan ikat dan kupingan pengikat.
Gambaran bentuk perahu khas Asia Tenggara ini juga bisa disaksikan melalui relief yang terpahat di Candi Borobudur.
Warisan lain dari Kerajaan Sriwijaya yang dampaknya masih dirasakan hingga kini adalah perkembangan agama Buddha di Nusantara.
Agama Buddha mulai berkembang di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi hingga ke-9 Masehi.
Adapun aliran agama Buddha yang masuk ke Kerajaan Sriwijaya pada awalnya adalah Buddha Hinayana (Therawada).
Hal itu diketahui melalui temuan votive tablet dari Batujaya yang mirip dengan penemuan di Thailand.
Kerajaan Sriwijaya kemudian berkembang menjadi pusat agama Buddha di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara.
Fakta tentang Sriwijaya sebagai pusat agama Buddha diketahui berdasarkan catatan I-Tsing yang singgah ke kerajaan itu pada abad ke-7 Masehi.
Ia menyebut bahwa ada lebih dari 1.000 biksu yang berada di Sriwijaya. Salah satu biksu yang terkenal di Sriwijaya adalah Sakyakirti.
Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya juga mempengaruhi penyebaran gaya seni pada arca-arca gaya Sailendra pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi.
Baca juga: Keistimewaan Kerajaan Sriwijaya
Kebudayaan agama Buddha dan seni arca warisan Kerajaan Sriwijaya itu tidak hanya ditemukan di Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu, tetapi juga berkembang di Jawa, Thailand, dan Malaysia.
Referensi: