Al-Banna pertama kali terpapar politik nasionalis Mesir selama Revolusi Mesir tahun 1919, di mana ia juga berpartisipasi dalam demonstrasi di Damanhur.
Pada 1923, Hassan al-Banna pindah ke Kairo dan belajar Dar al-'Ulum, sebuah lembaga mesir yang mendidik calon guru, selama empat tahun.
Selama di Kairo, ia banyak mendapat pandangan baru yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan, mengingat kehidupan sosial yang berbeda dengan di desanya.
Baca juga: Muhammad Ali Pasha, Peletak Dasar Mesir Modern
Kehidupan di Kairo menjadi pengalaman yang signifikan bagi pembentukan ideologi Hassan al-Banna.
Sehingga pada usia 22 tahun, ia telah menjadi pendiri sekaligus pemimpin organisasi Ikhwanul Muslimin, yaitu perkumpulan Islam terbesar dan berpengaruh pada abad ke-20.
Gerakan ini terbentuk pada Maret 1928, dan segera memberi pengaruh besar bagi bangsa Mesir.
Kepemimpinan Hassan al-Banna juga dipandang penting bagi tumbuh kembang persaudaraan Muslim selama tahun 1930 hingga 1940-an.
Hassan al-Banna kerap melakukan gebrakan-gebrakan demi memperjuangkan kebangkitan Islam, bahkan mendukung kemerdekaan Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Al-Banna adalah mendesak pemerintah Mesir untuk mengakui Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
Baca juga: Pengakuan Kemerdekaan Indonesia oleh Mesir
Dari mempelajari kondisi umat Islam dan berbagai masalah yang ada, Hassan al-Banna mulai memiliki pemikiran politik.
Beberapa pemikiran politik Hassan al-Banna yaitu:
Meski gerakan Ikhwanul Muslimin banyak menuai pujian dan dukungan, tidak sedikit masyarakat yang mengecam organisasi ini karena dianggap berhaluan keras sehingga harus dibubarkan.
Di balik semua pencapaian yang diraih Ikhwanul Muslimin, salah satu yang paling menonjol adalah keterlibatannya dalam pemberontakan Arab 1936-1939 di Palestina.
Ikhwanul Muslimin melakukan kampanye pro-Palestina, di mana organisasi ini menggalang dana serta mengorganisir doa khusus untuk nasionalis di sana.
Selain itu, di bawah pimpinan Hassan al-Banna, Ikhwanul Muslimin mengadakan demonstrasi politik dan menyebarkan propaganda.
Baca juga: Sejarah Gerakan Wahabi di Arab Saudi