Namun, Hyang Wekasing Putra mati muda. Begitu pula dengan putra Wikramawardhana dari selirnya, Bhre Tumapel, yang juga meninggal.
Keturunan Wikramawardhana hanya tersisa Dyah Suhita dan Bhre Kertawijaya, yang sama-sama dari selir.
Akhirnya, Dyah Suhita ditunjuk sebagai pemimpin Majapahit karena lebih tua dari Bhre Kertawijaya.
Dyah Suhita dilantik menjadi Ratu Majapahit pada 1429. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan orang yang sama dengan Ratu Kencana Wungu.
Baca juga: Siu Ban Ci, Bangsawan Muslim yang jadi Selir Raja Majapahit
Bersama suaminya, Aji Ratnapangkaja, yang bergelar Bhatara Parameswara, Dyah Suhita memerintah Majapahit dari 1429 hingga 1447.
Selama memimpin Kerajaan Majapahit, Dyah Suhita kembali menghidupkan kearifan lokal yang terabaikan karena polemik politik.
Selain itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa di era Dyah Suhita, kekuasaan atas Nusantara secara berangsur-angsur kembali ke Majapahit.
Dyah Suhita juga mendirikan bangunan pemujaan di berbagai lereng gunung sebagai punden berundak, seperti di Gunung Penanggungan, Gunung Lawu, dan lain sebagainya.
Dyah Suhita menjadi Ratu Majapahit selama 18 tahun, hingga meninggal pada 1447.
Sementara suaminya, Aji Ratnapangkaja, meninggal 10 tahun sebelumnya, yakni pada 1437.
Baca juga: 6 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Sepeninggal Dyah Suhita, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh adiknya, Bhre Kertawijaya atau dikenal dengan Brawijaya.
Hal itu karena Dyah Suhita dan Aji Ratnapangkaja tidak dikaruniai anak.
Dyah Suhita menjadi perempuan kedua dan terakhir yang memimpin Majaphit, setelah sebelumnya Tribhuwana Tunggadewi memerintah dari 1328 hingga 1350.
Referensi: