Akan tetapi, untuk ritual atau tradisi yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi, minum minuman keras, dan menyembah kepada berhala, dihapus dan diganti dengan ajaran Islam.
Penggantian ini tidak dilakukan secara semena-mena, melainkan berdasarkan dari dakwah Nabi Muhammad SAW di tanah Arab.
Saat menyiarkan Islam, Rasulullah SAW tidak melarang maupun memusnakah tradisi Arab, tetapi menyesuaikannya dengan ajaran Islam.
Setelah Islam semakin berkembang, lahirlah berbagai tradisi Islam di Nusantara.
Baca juga: Sumber-sumber Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Tradisi halalbihalal biasanya dilakukan setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadan atau saat hari raya Idul Fitri.
Tradisi ini dilakukan dengan cara bermaaf-maafan antara sanak keluarga dan kolega.
Dari sejarahnya, halalbihalal muncul pada 1948, saat Presiden Soekarno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara.
Saat itu, Wahab dimintai pendapat untuk menanggapi ketegangan yang terjadi di dalam pemerintahan.
Wahab pun mengusulkan agar dilakukan acara silaturahmi, karena kebetulan ketika itu sedang menjelang Hari Raya Idulfitri 1367 H.
Presiden Soekarno pun menyetujui usulan dari KH Wahab Chasbullah dan melakukan acara silaturahmi, yang kemudian disebut sebagai halalbihalal.
Baca juga: Sejarah Tradisi Halalbihalal
Sekaten adalah tradisi Islam yang diadakan oleh Keraton Surakarta dan Yogyakarta, yang bertujuan untuk mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Menurut sejarah, tradisi Sekaten digagas oleh salah satu Wali Songo, yakni Sunan Bonang.
Kala itu, Sunan Bonang mengumpulkan masyarakat setempat untuk menyampaikan dakwah Islam.
Setelah masyarakat berkumpul, mereka disuguhkan penampilan gamelan. Di sela-sela pukulan gamelan, diselingi bacaan syahadatain atau dua kalimat syahadat bersama-sama.
Peristiwa inilah yang kemudian melahirkan tradisi Sekaten, yang berasal dari kata syahadat.
Selain halalbihalal dan Sekaten, masih banyak contoh tradisi Islam yang ada di Nusantara. Berikut beberapa di antaranya.
Referensi: