Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kotagede, Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam yang Pertama

Kompas.com - 19/04/2022, 10:00 WIB
Febi Nurul Safitri ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kotagede adalah salah satu kecamatan di Yogyakarta yang merupakan kawasan budaya dan situs peninggalan Kerajaan Mataram Islam.

Pada abad ke-16, Kotagede pernah menjadi ibu kota Kerajaan Mataram Islam yang digunakan sebagai pusat kegiatan politik, sosial budaya, keagamaan, maupun pusat ekonomi masyarakat. 

Kotagede merupakan bukti nyata peradaban tertua di Yogyakarta yang memiliki peninggalan bangunan bersejarah serta arsitektur kuno Kerajaan Mataram Islam.

Kotagede saat ini terdiri dari tiga kelurahan, yakni Rejowinangun, Prenggan, dan Purbayan.

Baca juga: Keraton Yogyakarta: Sejarah Berdirinya, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Sejarah Kotagede

Sejarah Kotagede dapat ditelusuri dari kisah Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, pendiri Kerajaan Pajang di Jawa Tengah.

Pada sekitar pertengahan abad ke-16, Sultan Hadiwijaya memiliki musuh Arya Penangsang dari Jipang.

Arya Panangsang akhirnya dapat dikalahkan oleh Ki Ageng Pemanahan. Atas jasanya, ia diberi hadiah oleh Sultan Hadiwijaya berupa tanah perdikan di hutan Mentaok (sekarang Kotagede).

Tanah tersebut merupakan bekas daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno yang telah lama runtuh, hingga menjadi hutan lebat. 

Setelah itu, Ki Ageng Pemanahan melakukan pembukaan lahan, atau yang disebut dengan babat alas.

Hutan Mentaok membentang dari timur laut hingga tenggara Yogyakarta saat ini, meliputi wilayah Purwomartani, Banguntapan, hingga Kotagede.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam

Setelah berhasil membuka lahan, Hutan Mentaok menjadi tempat tinggal Ki Ageng Pemanahan beserta keluarga dan pengikutnya.

Ki Ageng Pemanahan pun membangun wilayahnya menjadi desa yang makmur dengan status di bawah Kerajaan Pajang. 

Pada 1584, Ki Ageng Pemanahan wafat dan perannya diteruskan oleh putranya, Danang Sutawijaya atau kemudian dikenal sebagai Panembahan Senopati.

Panembahan Senopati inilah yang kemudian mendirikan Kerajaan Mataram Islam setelah mengalahkan Kerajaan Pajang.

Kotagede pun menjadi ibu kota Kerajaan Mataram Islam, yang digunakan sebagai pusat kegiatan politik, sosial budaya, keagamaan, maupun pusat ekonomi masyarakat.

Pada 1587, Mataram Islam menjadi kerajaan termahsyur di Pulau Jawa yang memegang konsep Catur Gatra Tunggal.

Baca juga: Panembahan Senopati, Pendiri Kerajaan Mataram Islam

Catur Gatra Tunggal adalah konsep untuk mengelola kota, seperti kota-kota lain yang memiliki keraton.

Konsep ini memiliki empat bangunan utama, yang terdiri dari keraton sebagai tempat tinggal raja, pasar sebagai pusat perekonomian masyarakat, alun-alun sebagai ruang publik, dan masjid sebagai tempat beribadah.

Bagian-bagian tersebut mencerminkan aspek-aspek dalam sebuah kota, yakni politik, ekonomi, sosial, maupun keagamaan.

Kotagede bukan lagi ibu kota Mataram Islam

Pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645), ibu kota Kerajaan Mataram Islam dipindah ke Kerto, yang berjarak sektar 4,5 kilometer sebelah selatan Kotagede

Sementara itu, wilayah Kotagede menjadi tempat perdagangan penduduk, yang dikemudian hari muncul sebutan Pasar Gede.

Baca juga: Perjuangan Sultan Agung di Batavia

Akibat pemindahan ibu kota, Kotagede dapat dibilang mengalami kemunduran eksistensi.

Namun, pada sekitar 1920-1930-an, muncul perajin perak dan para pengusaha yang membawa Kotagede ke masa keemasannya.

Dari kerajinan perak ini, Kotagede disebut Kota Perak, yang industrinya dapat ditemui hingga saat ini.

Saat ini, sebagian wilayah Kotagede secara administrasi termasuk dalam wilayah Kota Yogyakarta (Prenggan dan Purbayan) dan sebagian lagi termasuk dalam wilayah Kabupaten Bantul (Jagalan dan Singosaren).

Sebagai situs bersejarah, kotagede menyimpan beberapa bangunan peninggalan Kerajaan Mataram Islam.

Tugu berwarna hijau ini dibangun oleh Pakubuwono pada tahun 1926 sebagai prasasti di halaman Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Yogyakarta,  Jumat (15/4/2022).Kompas.com/Wisang Seto Pangaribowo Tugu berwarna hijau ini dibangun oleh Pakubuwono pada tahun 1926 sebagai prasasti di halaman Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Yogyakarta, Jumat (15/4/2022).
Beberapa di antaranya adalah Situs Watu Gilang, Pemandian Sendang Seliran, Masjid Gedhe Mataram, dan Benteng Cepuri.

Selain itu, ada juga Makam Raja Mataram, yang menjadi peristirahatan terakhir bagi Panembahan Senopati, Ki Ageng Pemanahan, Sultan Hadiwijaya, dan Sri Sultan Hamengkubuwono II.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Mataram Islam

Sayangnya, bangunan berupa keraton atau istana Kotagede sudah nyaris tidak ada.

Hal ini kemungkinan karena keraton terbengkalai usai ibu kota Kerajaan Mataram Islam dipindahkan beberapa kali.

 

Referensi : 

  • Setiadi, A., A. M. Putra, G. O. Cahyandari, dkk. (2021). Kotagede Past & Present. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com