Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yusuf Al-Makassari, Ulama Indonesia yang Berpengaruh di Afrika

Kompas.com - 25/02/2022, 09:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Syekh Yusuf Al-Makassari adalah seorang ulama dan pahlawan nasional Indonesia yang pernah berjuang menentang penjajahan Belanda.

Ia juga sering disebut sebagai Syekh Yusuf Abu Mahasin Hadiyatullah Taj al-Khalawati al-Makassari atau Tuanta Salamaka ri Gowa, yang artinya "Guru Kami yang Agung dari Gowa".

Karena sikap intolerannya terhadap penjajahan Belanda, Syekh Yusuf Al-Makassari diasingkan ke Sri Lanka dan Afrika Selatan.

Kendati demikian, di pengasingannya, ia tetap bertahan sebagai seorang pedakwah Islam hingga menjadi sosok berpengaruh di Afrika Selatan.

Baca juga: Syekh Nawawi al-Bantani, Ulama Banten yang Mendunia

Masa muda

Syekh Yusuf Al-Makassari atau Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani lahir pada 3 Juli 1626 di Gowa, Sulawesi Selatan.

Ia merupakan putra dari Abdullah, yang diriwayatkan sebagai seorang ulama suci dan memiliki karomah, dan Aminah, putri dari Gallarang Moncongloe.

Konon, saat kelahirannya, cahaya sangat terang menyinari langit daerah Gowa, yang diyakini sebagai pertanda alam menyambut kelahiran seorang ulama besar.

Ketika usianya baru 40 hari, orang tuanya bercerai. Setelah itu, Aminah dipersunting oleh Raja Gowa dan membawa Syekh Yusuf hidup di istana.

Di istana, Syekh Yusuf mendapatkan pendidikan Islam dan mampu menghafalkan seluruh isi Al Quran saat usianya masih kecil.

Ia belajar dengan dibimbing langsung oleh seorang guru bernama Daeng ri Tasammang.

Baca juga: Karaeng Galesong, Bangsawan Gowa yang Memburu VOC ke Jawa

Pendidikan Yusuf Al-Makassari

Selain belajar Al Quran, Syekh Yusuf Al-Makassari memelajari ilmu nahwu sharaf, mantik, dan beberapa kitab kepada Syekh Ba' Alwi bin Abdullah al-Allamah Tahir dari Bontoala.

Dalam waktu cukup singkat, ia mampu menguasai kitab-kitab tauhid dan fikih.

Ketika remaja, Syekh Yusuf berguru kepada Syekh Jalaludin al-Aidit di Cikoang, Sulawesi Selatan, selama empat tahun.

Setelah itu, karena usianya telah menginjak 19 tahun, ia memilih melanjutkan pendidikan ke luar negeri pada 1645.

Dalam perjalanannya itu, Syekh Yusuf singgah di Banten dan Aceh, di mana ia berguru kepada Syekh Nuruddin Hasanji bin Muhammad Hamid al-Quraisyi Raniri hingga menerima ijazah tarekat Qadiriyah.

Baca juga: Tengku Abdul Jalil, Tokoh Perlawanan Aceh terhadap Jepang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com