Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Rakyat Papua terhadap Kekejaman Jepang

Kompas.com - 03/02/2022, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jepang diketahui masuk ke Indonesia pada 1942, dengan motif untuk menguasai seluruh wilayah Asia.

Jepang lebih dulu mengirim mata-mata lewat perahu-perahu penangkap ikan miliknya yang kerap mengitari perairan Indonesia, termasuk Papua, guna melihat kondisi sekitar.

Di tengah pelayarannya, Jepang menemukan sebuah wilayah di daerah Papua bernama Sarmi.

Sarmi menjadi daya tarik tersendiri bagi Jepang, sehingga mereka pun mendatanginya dan berencana menjadikan wilayah itu sebagai basis pertahanannya.

Semenjak Jepang menginjakkan kaki di Papua, berbagai kesengsaraan mulai terjadi, yang kemudian membuat rakyat Papua melakukan perlawanan.

Lantas, bagaimana bentuk perlawanan rakyat Papua terhadap kekejaman Jepang?

Baca juga: Latar Belakang Pendudukan Jepang di Indonesia

Gerakan Koreri di Biak

Pada 1943, rakyat Papua melakukan perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan rakyat Papua tersebut diawali dengan kemunculan gerakan Koreri di Biak.

Pasalnya, selama berkuasa di Biak, Jepang melakukan hal-hal kejam. Rakyat Biak dijadikan budak, dipukuli, dan dianiaya secara keji.

Rakyat Papua yang merasa Jepang sudah berperilaku seenaknya pun melakukan perlawanan di bawah pimpinan L Rumkorem.

Gerakan Koreri adalah gerakan yang menjadi wujud kekecewaan rakyat Papua atas tindakan Jepang dengan basis perlawanan di Biak.

Dalam perlawanan ini, rakyat Papua yang melawan secara gerilya sebenarnya banyak yang menjadi korban. Namun, mereka tidak menyerah.

Rakyat Papua tetap gigih melakukan perlawanan sampai akhirnya Jepang kewalahan dan hengkang dari Biak.

Biak pun menjadi daerah bebas dan merdeka pertama di Indonesia dari penjajahan Jepang.

Baca juga: Perlawanan Rakyat Kalimantan terhadap Jepang

Perlawanan di Sarmi

Jepang masuk ke daerah Sarmi pada sekitar 1942. Awalnya, kedatangan mereka disambut dengan baik oleh masyarakat setempat.

Namun, pada akhirnya, sambutan baik rakyat dibalas dengan kekecewaan dan penderitaan. Pasalnya, Jepang kerap melakukan penindasan yang kejam terhadap penduduk Sarmi.

Warga Sarmi dikerahkah untuk mengerjakan proyek pembangunan jalan raya dan lapangan udara oleh Jepang.

Agar pembangunannya cepat selesai, Jepang memerlukan banyak tenaga kerja dan menjerumuskan rakyat Sarmi ke dalam kerja paksa (romusha).

Semua tindakan yang dilakukan Jepang saat itu membuat penduduk Sarmi geram dan akhirnya mulai melakukan perlawanan.

Perlawanan rakyat Papua di Sarmi diperkirakan terjadi pada 1944. Perlawanan dilakukan di lima pos milik Jepang, yaitu Hollandia, Sarmi, Biak, Numfor, dan Sausafor.

Baca juga: Benteng Fort Du Bus, Tanda Kekuasaan Belanda di Papua

Dari kelima pos tersebut, diketahui ada sekitar 2.119 tentara Jepang yang dibunuh oleh penduduk Papua.

Di tengah masa perlawanan, Sekutu kembali ke Indonesia dan berusaha menendang keberadaan Jepang di Tanah Air.

Rakyat Papua yang masih menyimpan dendam terhadap Jepang pun ikut membantu Sekutu melawan pasukan dari negeri Sakura tersebut.

Pada akhirnya, Jepang berhasil ditaklukkan dan perlahan-lahan mulai meninggalkan daerah Sarmi. Bahkan, sebagian besar barang-barang milik tentara Jepang juga ditinggalkan.

Perlawanan di Pulau Yapen Selatan

Perlawanan rakyat Papua terhadap Jepang juga meluas hingga ke Pulau Yapen Selatan.

Dengan dipimpin oleh Nimrod, rakyat Papua terus berusaha memukul mundur pasukan Jepang dari Pulau Yapen.

Ketika itu, Jepang juga terlibat dalam perang Asia Pasifik. Sekutu, yang mengetahui perlawanan rakyat Papua saat itu, turut membantu dengan menyuplai senjata.

Sayangnya, meski rakyat Papua juga mendapat bantuan dari Sekutu, Nimrod ditangkap oleh Jepang.

Baca juga: Silas Papare, Pejuang asal Papua

Silas Papare.Wikimedia Commons Silas Papare.

Menurut catatan sejarah, Nimrod dihukum pancung oleh Jepang agar rakyat Papua merasa takut.

Namun, kejadian itu tidak melemahkan kekuatan rakyat Papua. Setelah Nimrod gugur, muncul pemimpin baru, yaitu Silas Papare.

Bersama dengan Silas Papare, rakyat Papua terus melawan Jepang.

Baca juga: Apa Alasan Silas Papare Melakukan Perlawanan?

Perlawanan di Tanah Besar

Masih di sekitar tahun yang sama, yaitu antara 1944-1945, perlawanan rakyat Papua terhadap Jepang juga terjadi di Tanah Besar, daratan Papua.

Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Sekutu juga masih ikut membantu rakyat Papua dengan memberikan pasokan senjata.

Melalui kerja sama antara rakyat Papua dengan Sekutu, pasukan Jepang berhasil diusir, terutama setelah rakyat Papua melakukan taktik perang gerilya.

 

Referensi: 

  • Saberia. (2017). Peninggalan Jepang di Sarmi Papua. Jurnal Papua Volume 9. No 2. 2 November 2017. hlm 205-214.
  • Bik, Decki Natalis Pigay. (2001). Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com