Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelebihan dan Kelemahan Teori Waisya

Kompas.com - 25/01/2022, 12:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Para pedagang, yang mayoritas berasal dari India, mulai mendatangi Indonesia untuk melakukan perdagangan.

Seiring berjalannya waktu, para pedagang tersebut kemudian mulai menetap di beberapa wilayah Indonesia dan mulai menyebarkan agama dan kebudayaannya.

Adanya Kampung Keling

Para pedagang India yang menetap di Indonesia kemudian mendirikan kampung, yang dinamakan Kampung Keling.

Kampung Keling terletak di beberapa wilayah di Indonesia, ada yang di Jepara, Medan, Malaka, dan Aceh.

Dengan adanya kampung ini, bukti penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dilakukan oleh pedagang India semakin kuat.

Baca juga: Empat Fase Perkembangan Agama Hindu di India

Perkawinan

Para pedagang India yang menetap maupun tidak melakukan perkawinan dengan warga lokal di Indonesia.

Dari pernikahan itulah ajaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha mulai tersebar ke dalam keluarga, hingga mereka dikaruniai keturunan.

Keturunannya itulah yang kemudian meneruskan ajaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha.

Kelemahan Teori Waisya

Bahasa Sansekerta

Ajaran agama Hindu-Buddha ditulis dalam bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa, sehingga membutuhkan keahlian khusus untuk membacanya.

Orang yang mampu menulis aksara Pallawa dan membaca bahasa Sansekerta setidaknya berada pada Kasta Brahmana.

Maka dari itu, Kasta Waisya umumnya akan kesulitan untuk mempelajari ajaran agama Hindu Buddha.

Hal ini berlawanan dengan Teori Waisya, yang berpendapat bahwa para pedagang (Waisya) mampu membaca Sanskerta dan menyebarkan ajaran agamanya.

Baca juga: Pembagian Kasta dalam Masyarakat Hindu

Kepentingan para pedagang

Para pedagang yang datang ke Indonesia tujuannya hanya untuk berdagang, sehingga sedikit kemungkinan untuk menyebarkan ajaran agama Hindu-Buddha.

Mereka hanya fokus untuk berdagang guna mendapatkan penghasilan supaya bisa bertahan hidup.

 

Referensi:

  • Wahyuni. (2018). Agama dan Pembenrukan Struktur Sosial: Pertautan Agama, Budaya, dan Tradisi Sosial. Jakarta: Prenadamedia Group.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Stori
Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com