Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Gerakan Wahabi di Arab Saudi

Kompas.com - 10/01/2022, 08:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Hal ini menjadikan Wahabi sangat menolak tradisi dan menganggap orang-orang yang tidak sepemahaman sebagai orang kafir dan murtad (keluar dari Islam).

Pada awalnya, Muhammad bin Abdul Wahab mulanya menyebarkan pemikirannya di Basrah, tetapi tidak diterima oleh masyarakat dan diusir karena dianggap sesat oleh sebagian ulama di sana.

Tidak hanya itu, bahkan Wahabi ditentang oleh ayah Muhammad bin Abdul Wahab sendiri, Abdul Wahab, dan saudaranya, Salman bin Abdul Wahhab.

Baca juga: Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia

Peran Muhammad bin Saud

Setelah diusir karena dituding sesat, Muhammad bin Abdul Wahab bertemu dengan Muhammad bin Saud, yang merupakan pemimpin Diriyah.

Muhammad bin Saud adalah seorang politikus, yang pada akhirnya mau membangun koalisi dengan Muhammad bin Abdul Wahab untuk mencapai kepentingan politiknya sendiri.

Muhammad bin Saud mau mendukung Wahabi, asalkan Muhammad bin Abdul Wahab tidak mengganggu kebiasaannya mengumpulkan upeti tahunan dari penduduk Diriyah.

Berkat dukungan dan lindungan Muhammad bin Saud, ajaran Wahabi semakin berkembang kuat dan gerakannya juga semakin kejam.

Pada 1773, Muhammad bin Abdul Wahab bersama para pengikutnya dapat menduduki Riyadh dan menyebarkan pemikirannya.

Oleh karena itu, para ahli sejarah beranggapan bahwa berkembangnya ajaran Wahabi tidak dapat dilepaskan dari berdirinya Kerajaan Arab Saudi, yang masih eksis hingga sekarang. 

Pasalnya, koalisi tersebut juga membuat pengaruh Muhammad bin Saud semakin kuat dan kemudian mendirikan negara Arab Saudi.

Baca juga: Mengapa Kaum Kafir Quraisy Melakukan Pemboikotan terhadap Umat Islam?

Kekejaman Wahabi

Setelah berkembang, para ahli Timur Tengah dan Afrika Utara semakin menentang ajaran Wahabi, bahkan sampai menyebutnya sebagai suatu kebodohan.

Pasalnya, Muhammad bin Abdul Wahab dan Muhammad bin Saud memerangi siapa pun yang berbeda pemahaman tauhid degan mereka.

Hal itu dilakukan karena predikat Muslim hanya merujuk pada pengikut Wahabi, sedangkan semua orang Islam di luar mereka dianggap kafir dan murtad.

Gerakan Wahabi pun melakukan keganasan di Kota Karbala pada 1802, dengan pembunuhan yang tidak mengenal batas perikemanusiaan.

Selain membunuh masyarakat sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, tentara Wahabi juga membakar perpustakaan-perpustakaan Islam.

Di antara kasus pembakaran buku-buku yang paling fenomenal adalah pembakaran buku-buku yang terdapat di Perpustakaan Arab (Maktabah Arabiyah) di Mekkah.

Baca juga: Periodisasi Sejarah Peradaban Islam

Mereka membakar sekitar 60.000 buku-buku langka dan sekitar 40.000 masih berupa manuskrip yang sebagiannya adalah hasil dikte dari Nabi Muhammad kepada para sahabatnya, sebagian lagi dari Khulafaur Rasyidin, dan para sahabat Nabi yang lainnya.

Para pengikut Wahabi membakar semua buku, kecuali Alquran dan hadis saja. Sejak itu, penaklukan dengan jalan kekerasan terus dilakukan.

 

Referensi:

  • Ridwan, Nur Khalik. (2020). Sejarah Lengkap Wahabi. Yogyakarta: IRCiSoD.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com