Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tri Koro Dharmo: Tujuan, Anggota, Perjuangan, dan Perubahan Nama

Kompas.com - 10/12/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Tri Koro Dharmo adalah organisasi pemuda yang dibentuk oleh Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Soenardi Djaksodipoero, pada 7 Maret 1915.

Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk menciptakan suatu tempat pelatihan dan pembinaan bagi para pemuda Indonesia guna menimbulkan rasa cinta akan tanah air serta kebudayaan sendiri.

Tri Koro Dharmo memiliki arti "tiga tujuan mulia", yaitu sakti, budi, dan bakti.

Namun, dalam kongres pertama yang diselenggarakan di Solo pada 12 Juni 1918, disepakati bahwa Tri Koro Dharmo berubah nama menjadi Jong Java.

Baca juga: Jong Java: Sejarah, Aksi Politik, dan Indonesia Moeda

Tujuan Tri Koro Dharmo

Berdirinya Tri Koro Dharmo tidak terlepas dari terbentuknya organisasi pergerakan nasional pertama, Budi Utomo.

Munculnya Budi Utomo sudah memengaruhi golongan cendekiawan untuk membentuk organisasi serupa dengan tujuan yang lebih praktis.

Selain itu, golongan cendekiawan juga merasa perlu dibentuk organisasi yang dapat dijadikan wadah bagi para pemuda untuk bisa mengembangkan bakat mereka demi kemajuan bangsa Indonesia.

Pendirian organisasi ini bertujuan untuk menciptakan suatu tempat pelatihan dan pembinaan bagi para pemuda Indonesia supaya lebih cinta tanah air dan kebudayaannya sendiri.

Selain itu, tujuan organisasi Tri Koro Dharmo juga untuk memperkuat keberadaan kebudayaan Jawa serta membangun persaudaraan antarsuku bangsa Indonesia.

Baca juga: Sejarah Tri Koro Dharmo

Anggota Tri Koro Dharmo

Sewaktu Tri Koro Dharmo didirikan, organisasi ini beranggotakan:

  1. Ketua: Satiman Wirjosandjojo
  2. Wakil Ketua: Wongsonegoro
  3. Sekretaris: Sutomo
  4. Anggota: Muslich
  5. Anggota: Mosodo
  6. Anggota: Abdul Rahman

Jong Islamieten BondWikipedia Jong Islamieten Bond

Perubahan nama

Memasuki tahun 1918, Tri Koro Dharmo dilanda konflik internal akibat ketidaksenangan beberapa anggotanya terhadap corak budaya Jawa yang dominan.

Upaya yang dilakukan untuk menghindari meluasnya konflik tersebut adalah mengganti nama organisasi.

Pasalnya, meskipun Tri Koro Dharmo berusaha menarik perhatian umum agar dapat mempertebal persaudaraan di antara semua suku-suku bangsa Indonesia, tetapi dalam praktiknya, kebanyakan anggotanya adalah murid sekolah menengah dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Murid-murid yang berasal dari Sunda (Jawa Barat) dan Madura pun menyuarakan bahwa perkumpulan ini terlalu sempit.

Baca juga: Hasil Kongres Pertama Budi Utomo 1908

Pada akhirnya, Tri Koro Dharmo melakukan kongres pertamanya pada tanggal 12 Juni 1918 di Solo, Jawa Tengah.

Hasil dari kongres pertama ini adalah perubahan nama dari Tri Koro Dharmo menjadi Jong Java.

Perubahan nama ini dimaksudkan agar organisasi lebih bisa merangkul para pemuda dari Sunda, Madura, dan Bali.

Bentuk perjuangan Tri Koro Dharmo

Pada 1919, Jong Java menyelenggarakan kongres kedua di Yogyakarta, yang membahas tentang beberapa hal, yakni:

  • Milisi untuk bangsa Indonesia
  • Mengubah bahasa Jawa menjadi lebih demokratis
  • Perguruan tinggi
  • Kedudukan wanita Sunda
  • Sejarah tanah Sunda
  • Arti pendirian nasional Jawa dalam pergerakan rakyat

Baca juga: Jong Ambon Bawa Misi Mulia di F4 China

Pada pertengahan tahun 1920 diadakan kongres ketiga di Solo, yang dilanjutkan dengan kongres keempat di Bandung pada 1921.

Tujuan dari dua kongres yang terakhir itu adalah membangunkan cita-cita Jawa Raya dan mengembangkan rasa persatuan antarsuku bangsa di Indonesia.

Kemudian dalam kongres kelima, yang diselenggarakan di Solo pada 1922, ditegaskan bahwa Jong Java tidak akan bergerak dalam bidang politik. Anggotanya juga dilarang untuk masuk partai politik.

Kegiatan yang dilakukan Jong Java adalah seputar kegiatan sosial, budaya, pemberantasan buta huruf, seni, dan sejenisnya.

Dengan begitu, bentuk perjuangan organisasi ini adalah melalui diplomasi kesenian dan pendidikan.

Meski tidak menyentuh ranah politik, Jong Java tetap memastikan anggotanya mampu berkontribusi dalam perjuangan nasionalisme Indonesia.

Baca juga: Jong Bataks Bond: Latar Belakang dan Tokoh-tokohnya

Pembubaran

Kendati telah ditegaskan dalam kongres terakhirnya, Jong Java ternyata mulai terseret ke dalam dunia politik, utamanya setelah tokoh Sarekat Islam, Haji Agus Salim, masuk.

Pada 1924, pengaruh Sarekat Islam terasa lebih kuat, sehingga membuat beberapa tokoh yang berpegang teguh asas Islam memutuskan keluar dari Jong Java dan membentuk Jong Islamieten Bond.

Tidak lama setelah Jong Java muncul, organisasi sejenis juga mulai terbentuk, seperti Jong Sumatranen Bond, Pasundan, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batavia, Sekar Rukun, dan Pemuda Betawi.

Oleh sebab itu, Jong Java memutuskan melakukan kongres di Solo pada 27-31 Desember 1926. 

Hasilnya adalah, tujuan organisasi resmi diubah, di mana Jong Java akan mulai lebih bergerak ke arah politik, dengan menyerap gagasan persatuan dan pencapaian Indonesia merdeka.

Baca juga: Jong Islamieten Bond: Latar Belakang, Tujuan, dan Tokoh

Selanjutnya, antara 25-31 Desember 1928, Jong Java melakukan kongres di Yogyakarta, yang memutuskan bahwa organisasi ini akan melakukan fusi (penggabungan) dengan organisasi pemuda lainnya.

Keputusan ini dibuat sebagai bentuk realisasi dari dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Pada 23-29 Desember 1929, kongres terakhir Jong Java dilakukan. Keputusan dari kongres ini adalah Jong Java menerima dengan baik rancangan fusi melalui pendirian organisasi kepemudaan Indonesia yang bernama Indonesia Muda.

Setelah Indonesia Muda dibentuk, Jong Java pun resmi dibubarkan.

 

Referensi: 

  • Hanifah, Abu. (1975). Peranan Pemuda Sekitar Tahun 1928. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com