Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajaan Jembrana: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Kompas.com - 08/12/2021, 08:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerajaan Jembrana merupakan kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Bali bagian barat.

Semasa berdiri, kerajaan ini menjadi salah satu kawasan perdagangan utama di Pulai Bali dengan pusat kegiatan berada di Bandar Pancoran.

Kala itu, Jembrana membangun hubungan dagang dengan pedagang Muslim yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar.

Dalam kehidupan sosial, masyarakat Kerajaan Jembrana terdiri dari komunitas Muslim dan Hindu, yang umumnya memiliki mata pencaharian sebagai pedagang dan petani.

Baca juga: Kerajaan Badung: Sejarah, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan

Sejarah berdirinya

Pada awalnya, Kerajaan Jembrana merupakan bagian dari Kerajaan Mengwi, yang kemudian melepaskan diri.

Adapun leluhur dari Kerajaan Jembrana adalah Gusti Nginte, yang merupakan seorang patih di Kerajaan Gelgel.

Cucu dari Gusti Nginte, Gusti Agung Basangtamiang, yang merupakan putra Gusti Agung Widya, adalah raja pertama Jembrana.

Setelah Basangtamiang, putranya yang bernama Gusti Gede Giri menggantikan sebagai raja Jembrana yang kedua pada awal abad ke-18.

Kendati demikian, terdapat beberapa versi tentang raja-raja yang memerintah di Jembrana dan peristiwa yang terjadi di kerajaan.

Baca juga: Kerajaan Mengwi: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Raja-raja Kerajaan Jembrana

Versi I

  • Gusti Agung Basangtamiang
  • Gusti Gede Giri
  • Gusti Ngurah Tapa dan Gusti Made Yasa
  • Gusti Gede Andul
  • Gusti Ngurah Agung Jembrana atau Gusti Alit Takmung

Versi II

  • Gusti Ngurah Agung Jembrana (1705-1755)
  • Gusti Gede Jembrana (1755-1797)
  • Gusti Putu Andul (1797-1809)
  • Gusti Rahi (1805)
  • Kapitan Patini (1805-1808)
  • Gusti Putu Sloka (1809)

Versi III

  • Anak Agung Ngurah Jembrana (1705-1755)
  • Anak Agung Gede Jembrana (1755-1790)
  • Agung Putu Agung (1790-1818)
  • Anak Agung Gede Sloka (1818-1839)
  • Anak Agung Putu Ngurah (1839-1867)
  • Anak Agung Made Rai (1867-1882)

Baca juga: Kerajaan Gelgel: Sejarah, Masa Kejayaan, Raja-raja, dan Keruntuhan

Peperangan di Kerajaan Jembrana

Selama berdiri, Kerajaan Jembrana diketahui pernah terlibat konflik dengan kerajaan-kerajaan di Bali, salah satunya adalah Kerajaan Buleleng.

Pada 1828, terjadi konflik antara Buleleng dan Jembrana yang disebabkan oleh kemakmuran di Jembrana.

Akibatnya, Raja Jembrana, Anak Agung Putu Seloka, terpaksa mengungsi ke Banyuwangi dengan menggunakan perahu-perahu dari Bugis.

Dalam konflik perebutan wilayah tersebut, pasukan Jembrana dipimpin oleh I Gusti Ngurah Gede, yang berisi orang-orang Muslim, melawan Buleleng yang akhirnya berhasil dipukul mundur setelah rajanya tewas.

Setelah itu, panglima perang Buleleng kembali menyerang Jembrana dengan kekuatan yang besar hingga berhasil memenangkan pertempuran.

Meski Buleleng mampu mengalahkan Jembrana, namun mereka tidak berani memasuki Puri Agung Negara dan membuat Jembrana mengalami kekosongan kekuasaan dari tahun 1832 hingga 1835.

Baca juga: Kerajaan Gianyar: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Kemunduran Kerajaan Jembrana

Pada 1835, Buleleng menawarkan perdamaian dan Raja Anak Agung Putu Seloka akhirnya dapat kembali dari Banyuwangi.

Karena usianya sudah lanjut, Anak Agung Putu Seloka menyerahkan kekuasaannya kepada putra sulungnya yang bernama Anak Agung Putu Ngurah.

Sebagai wakilnya, ditunjuk Anak Agung Putu Raka, yang berkedudukan di Puri Gede Jembrana.

Selama menjadi penguasa di Jembrana, Putu Ngurah dianggap bersikap sewenang-wenang.

Hal itu kemudian diadukan ke pemerintah Belanda di Banyuwangi olehI Gusti Made Pasek pada 1855.

Akibatnya, pecah perang saudara antara pendukung dan penentang raja. Pada akhirnya, Raja Putu Ngurah menyerahkan diri ke pemerintah Belanda dan diasingkan ke Purwakarta pada 1857.

Setelah itu, Jembrana dipimpin oleh I Gusti Made Pasek, yang memegang jabatan sebagai regent atau bupati.

Baca juga: Kerajaan Bangli: Sejarah, Raja-Raja, Keruntuhan, dan Peninggalan

Sebagai imbalan atas jabatannya, I Gusti Made Pasek membuat kesepakatan dengan Belanda yang tidak diketahui para punggawa Jembrana.

Pemerintahan I Gusti Made Pasek pun berakhir pada 1866, ketika ia ditangkap dan diasingkan oleh pemerintah Belanda ke Banyumas.

Sebagai gantinya, Jembrana dikuasai oleh I Gusti Agung Made Ra,i yang memerintah pada 1906.

Runtuhnya Kerajaan Jembrana

Kerajaan Jembrana juga bernasib sama dengan kerajaan-kerajaan lain yang ada di Bali. Jembrana takluk oleh Belanda dan statusnya dari kerajaan diturunkan menjadi swapraja.

Hal ini berlangsung hingga Jepang datang maupun pasca kemerdekaan Indonesia dan masa Pemerintahan Negara Indonesia Timur.

Kemudian pada 1958, dikeluarkan UU No. 69 Tahun 1958 yang membuat Jembrana berubah status menjadi daerah tingkat II sejajar dengan kabupaten.

Hal ini menegaskan bahwa Jembrana berubah menjadi kabupaten bagian dari pemerintah Indonesia.

Adapun salah satu peninggalan dari Kerajaan Jembrana adalah Puri Agung Negara Jembrana, yang saat ini keadaannya tidak terurus.

 

Referensi:

  • Taniputera, Ivan. (2017). Ensiklopedi Kerajaan-kerajaan Nusantara: Hikayat dan Sejarah. Yogyakarta: AR-Ruzz.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com