KOMPAS.com - Kerajaan Jembrana merupakan kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Bali bagian barat.
Semasa berdiri, kerajaan ini menjadi salah satu kawasan perdagangan utama di Pulai Bali dengan pusat kegiatan berada di Bandar Pancoran.
Kala itu, Jembrana membangun hubungan dagang dengan pedagang Muslim yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar.
Dalam kehidupan sosial, masyarakat Kerajaan Jembrana terdiri dari komunitas Muslim dan Hindu, yang umumnya memiliki mata pencaharian sebagai pedagang dan petani.
Baca juga: Kerajaan Badung: Sejarah, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan
Pada awalnya, Kerajaan Jembrana merupakan bagian dari Kerajaan Mengwi, yang kemudian melepaskan diri.
Adapun leluhur dari Kerajaan Jembrana adalah Gusti Nginte, yang merupakan seorang patih di Kerajaan Gelgel.
Cucu dari Gusti Nginte, Gusti Agung Basangtamiang, yang merupakan putra Gusti Agung Widya, adalah raja pertama Jembrana.
Setelah Basangtamiang, putranya yang bernama Gusti Gede Giri menggantikan sebagai raja Jembrana yang kedua pada awal abad ke-18.
Kendati demikian, terdapat beberapa versi tentang raja-raja yang memerintah di Jembrana dan peristiwa yang terjadi di kerajaan.
Baca juga: Kerajaan Mengwi: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan
Baca juga: Kerajaan Gelgel: Sejarah, Masa Kejayaan, Raja-raja, dan Keruntuhan
Selama berdiri, Kerajaan Jembrana diketahui pernah terlibat konflik dengan kerajaan-kerajaan di Bali, salah satunya adalah Kerajaan Buleleng.
Pada 1828, terjadi konflik antara Buleleng dan Jembrana yang disebabkan oleh kemakmuran di Jembrana.
Akibatnya, Raja Jembrana, Anak Agung Putu Seloka, terpaksa mengungsi ke Banyuwangi dengan menggunakan perahu-perahu dari Bugis.
Dalam konflik perebutan wilayah tersebut, pasukan Jembrana dipimpin oleh I Gusti Ngurah Gede, yang berisi orang-orang Muslim, melawan Buleleng yang akhirnya berhasil dipukul mundur setelah rajanya tewas.
Setelah itu, panglima perang Buleleng kembali menyerang Jembrana dengan kekuatan yang besar hingga berhasil memenangkan pertempuran.
Meski Buleleng mampu mengalahkan Jembrana, namun mereka tidak berani memasuki Puri Agung Negara dan membuat Jembrana mengalami kekosongan kekuasaan dari tahun 1832 hingga 1835.
Baca juga: Kerajaan Gianyar: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan