Peperangan yang melibatkan setidaknya 12.000 pasukan ini berhasil dimenangkan oleh Mengwi.
Ancaman juga dihadapi raja dari keluarga kerajaan sendiri. Pada 1739, Gusti Agung Made Alengkajeng berhasil memadamkan upaya kudeta yang dilakukan oleh seorang saudaranya.
Konflik masih berlanjut pada masa penggantinya, yakni Gusti Agung Made Munggu, di mana Mengwi harus merelakan Blambangan kepada VOC dan Buleleng kepada Karangasem pada 1770-an.
Baca juga: Kerajaan Gelgel: Sejarah, Masa Kejayaan, Raja-raja, dan Keruntuhan
Mundurnya Kerajaan Mengwi terjadi pada masa pemerintahan Gusti Ayu Oka, yang jatuh cinta terhadap Dewa Manggis V dari Gianyar.
Karena perasaannya itu, ratu Mengwi bahkan membiarkan raja Gianyar mencaplok beberapa wilayahnya.
Ketika Agung Ngurah Made Agung menggantikan Gusti Ayu Oka, wilayah Mengwi semakin menyusut karena direbut oleh kerajaan-kerajaan lain.
Keadaan menjadi semakin parah setelah raja menyingkirkan orang-orang yang jujur dari kerajaan dan memertahankan pejabat yang korup.
Antara 1823-1828, Kerajaan Mengwi berada di bawah kekuasaan Badung, kemudian diserahkan ke Klungkung.
Meski Gusti Agung Ngurah Made Agung Putra berusaha menegakkan kedaulatan kerajaannya, nyatanya keinginan itu sulit untuk dicapai.
Sepeninggal Gusti Agung Ngurah Made Agung Putra, Kerajaan Mengwi terus menghadapi masalah suksesi.
Pada 1885, hubungan Mengwi dengan Klungkung, Badung, dan Tabanan berubah menjadi kurang harmonis.
Di tengah kondisi internalnya yang kacau, Mengwi mendapat serangan dari Kerajaan Klungung pada 1891.
Di tengah peperangan, Raja Klungkung menyerahkan Mengwi kepada Tabanan, Badung, dan Bangli.
Riwayat Kerajaan Mengwi resmi berakhir saat rajanya tewas dan wilayahnya dibagi oleh kerajaan-kerajaan yang menang dalam pertempuran.
Referensi: