KOMPAS.com - Kerajaan Dharmasraya adalah kerajaan di Sumatera yang namanya muncul seiring dengan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.
Pada masa jayanya, kerajaan bercorak Buddha ini menjadi kerajaan terbesar di Sumatera yang memiliki banyak negeri bawahan.
Bahkan kekuasaannya membentang dari Sumatera, tanah Sunda, hingga Semenanjung Malaya.
Selain itu, Kerajaan Dharmasraya juga menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, salah satunya adalah Kerajaan Singasari.
Kerajaan Dharmasraya adalah penerus Kerajaan Melayu, yang pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7.
Setelah kekuasaan Wangsa Sailendra di Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya berakhir, Melayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka.
Sejak itu, kerajaan terletak di Dharmasraya dan diperintah oleh Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa dari Wangsa Mauli.
Salah satu sumber sejarah Kerajaan Dharmasraya didapatkan dari Thailand, yakni Prasasti Grahi.
Prasasti berangka tahun 1183 Masehi itu memuat perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa terkait pembuatan arca Buddha kepada Mahasenapati Galanai, Bupati Grahi.
Baca juga: Kerajaan Melayu: Letak, Raja-raja, dan Ekspedisi Pamalayu
Kerajaan Dharmasraya berkembang dengan sangat cepat. Bahkan pada masa awal pemerintahannya, kekuasaannya telah mencapai Grahi, yang terletak di perbatasan Kamboja dan Thailand.
Hal ini karena raja pertamanya segera melakukan penyerangan besar-besaran ke wilayah bekas kekuasaan Sriwiijaya.
Kemudian pada masa kekuasaan Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa, kerajaan ini berhasil menaklukkan dan menduduki Jawa bagian barat (tanah Sunda).
Setelah Sriwijaya runtuh, Dharmasraya menjadi kerajaan terbesar di Sumatera yang memiliki sekitar 15 kerajaan bawahan.
Dalam catatan Cina, Zhufan Zhi, karya Zhao Rugua yang ditulis pada 1225 M, Dharmasraya juga menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara, salah satunya adalah Kerajaan Singasari.
Raja Kertanegara dari Singasari diketahui melakukan Ekspedisi Pamalayu pada 1275, untuk menjadikan Sumatera sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol.