Terlebih lagi, Bani Abbasiyah menjanjikan ide-ide membangun pemerintahan yang lebih selaras dengan cita-cita Rasulullah, yakni memberi warga non-Arab peran yang lebih setara dalam masyarakat dan memberi keturunan Ali bin Abi Thalib sejumlah peran dalam kepemimpinan.
Selain didukung Muslim Syiah, Bani Abbasiyah mendapatkan dukungan dari Khawarij dan Mawalli, yang berubah membenci Bani Umayyah.
Abu As-Saffah kemudian menggerakkan Revolusi Abbasiyah, yang dimulai pada 9 Juni 747 M, guna menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah.
Dalam perkembangannya, pasukan Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Khurasan, Kufah, Herat, Balkh, Tukharistan, Tirmidh, Samarqand, dan Bukhara.
Pada akhir 749 M, Abu As-Saffah resmi dinobatkan sebagai khalifah pertama Daulah Abbasiyah.
Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan
Memasuki tahun 750 M, pasukan gabungan Abbasiyah, Khawarij, Syiah, dan Irak, melancarkan serangan terhadap Bani Umayyah di Sungai Zab, yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Zab.
Dalam pertempuran, banyak pasukan Umayyah yang goyah dan kelelahan akibat kekalahan serangkaian perang sebelumnya.
Pada akhirnya, Abu as-Saffah memenangkan pertempuran, sementara Marwan II melarikan diri hingga ke Mesir.
Pada April 750 M, Damaskus resmi jatuh ke tangan Bani Abbasiyah. Di saat yang sama, semua keluarga Marwan II terus dilacak dan dihukum mati.
Marwan II sendiri akhirnya tertangkap di Mesir dan dibunuh pada Agustus 750 M. Wafatnya Marwan II secara resmi mengukuhkan Bani Abbasiyah sebagai penguasa kekalifahan di bawah khalifah Abu as-Saffah.
Runtuhnya Bani Umayyah dan digantikan oleh Kekhalifahan Abbasiyah dalam peristiwa Revolusi Abbasiyah juga menandai berakhirnya Perang Saudara Islam Ketiga.
Referensi: