Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Saudara Islam III: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Akhir

Kompas.com - 23/11/2021, 08:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perang Saudara Islam III atau Fitnah Ketiga adalah periode ketidakstabilan politik pada masa Kekhalifahan Umayyah, yang berlangsung antara 744-750 M.

Pergolakan yang melibatkan sesama Muslim ini dimulai dengan serangkaian perang saudara antara penguasa Bani Umayyah, hingga berlanjut pada peristiwa Revolusi Abbasiyah.

Dalam Revolusi Abbasiyah, Bani Umayyah bertempur hingga titik darah penghabisan melawan Daulah Abbasiyah.

Perang Saudara Islam Ketiga berakhir saat Daulah Abbasiyah memenangkan pertempuran dan secara resmi menggulingkan pemerintahan Bani Umayyah.

Latar belakang

Pada 743 M, Al-Walid II menggantikan pamannya, Hisyam, sebagai khalifah Bani Umayyah yang baru.

Namun, segera setelah menduduki takhta, khalifah baru ini menunjukkan sifat aslinya yang lebih memuja dunia daripada agama.

Beberapa kerabatnya pun semakin geram saat dua putranya yang masih di bawah umur ditunjuk sebagai ahli warisnya.

Tidak hanya itu, Al-Walid II juga mencambuk kemudian memenjarakan sepupunya, Sulaiman bin Hisyam, dan lebih memihak suku-suku Arab utara, terutama Qais. Hal inilah yang memicu perang saudara di kalangan keluarga Bani Umayyah sendiri.

Di saat yang sama, berbagai permasalahan yang mewarnai pemerintahan Bani Umayyah membuat banyak umat menarik dukungannya.

Terlebih lagi, Bani Umayyah telah terbukti korup, sekuler, dan memihak sebagian kelompok.

Bani Abbasiyah, yang didirikan oleh keturunan paman Nabi Muhammad, menggunakan kesempatan ini untuk menggerakkan Revolusi Abbasiyah guna merebut kembali takhta kekhalifahan dari Bani Umayyah.

Pemberontakan yang dilakukan Bani Abbasiyah dipelopori Abu As-Saffah, serta mendapatkan dukungan dari kelompok Muslim Syiah, Khawarij, dan Mawalli, yang sama-sama membenci Bani Umayyah.

Baca juga: Perang Saudara Islam I: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Akhir

Penggulingan Al-Walid II

Perang Saudara Islam Ketiga dimulai ketika Yazid III, putra Al-Walid I, memasuki ibu kota Bani Umayyah di Damaskus bersama pendukungnya pada April 744 M.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Yazid III untuk merebut Damaskus dan memproklamirkan diri sebagai khalifah.

Di tengah kekacauan itu, Al-Walid II melarikan diri ke Palmyra, yang terletak di wilayah Suriah. Namun, ia segera tertangkap dan dipenggal.

Setelah kematian Al-Walid II, Suku Qais di bawah pimpinan Abu Muhammad berusaha memberontak.

Akan tetapi, pemberontakan Abu Muhammad dapat dipadamkan dengan mudah dan setelah itu ia dijebloskan ke penjara di Damaskus bersama putra-putra Al-Walid II.

Yazid III berusaha sebaik mungkin untuk tidak menyalahgunakan wewenangnya sebagai khalifah, tetapi pemerintahannya berlangsung singkat.

Setelah enam bulan memerintah, Yazid III meninggal pada September 744 M karena sakit, dan takhta kekalifahan jatuh ke tangan adiknya, Ibrahim.

Pergolakan pada periode kekuasaan Marwan II

Berbeda dari Yazid III, Ibrahim tidak mendapatkan banyak dukungan, dan setelah berkuasa langsung mendapatkan perlawanan dari Marwan II.

Marwan II adalah cucu Marwan I (Khalifah Bani Umayyah periode 684-685 M) yang awalnya menjabat sebagai gubernur Armenia.

Pada Desember 744 M, Marwan II dinobatkan sebagai khalifah yang baru setelah memimpin pasukannya ke Damaskus.

Sementara itu, Ibrahim yang sempat melarikan diri, akhirnya kembali ke Damaskus dan terpaksa menyatakan dukungannya.

Baca juga: Perang Saudara Islam II: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Akhir

Segera setelah berkuasa, Marwan II memindahkan ibu kota kekhalifahan ke Harran. Namun, pemindahan ini membuat penduduk Suriah merasa ditinggalkan begitu saja.

Alhasil, kota-kota di Suriah kompak melakukan pemberontakan hingga membuat Marwan II turun tangan dan memadamkan pergolakan satu per satu.

Pada 745 M, Marwan II menunjuk dua putranya, Ubaydallah dan Abdallah, sebagai ahli warisnya dan mengangkat beberapa gubernur sebagai upaya mengamankan kekuasannya.

Akibat tindakan itu, pihak oposisi terus bertambah dan pemberontakan anti-Umayyah semakin marak terjadi di Irak dan Iran, utamanya dari kelompok Khawarij.

Memasuki tahun 747 M, Marwan II berhasil mengamankan Irak setelah memadamkan pemberontakan Khawarij.

Revolusi Abbasiyah

Gejolak Perang Saudara Islam III memuncak dalam peristiwa Revolusi Abbasiyah yang berlangsung antara 747-750 M.

Pada saat Marwan II sibuk memenangkan pertempuran, semangat keagamaan atas kekuasaan Bani Abbasiyah terus meningkat.

Terlebih lagi, Bani Abbasiyah menjanjikan ide-ide membangun pemerintahan yang lebih selaras dengan cita-cita Rasulullah, yakni memberi warga non-Arab peran yang lebih setara dalam masyarakat dan memberi keturunan Ali bin Abi Thalib sejumlah peran dalam kepemimpinan.

Selain didukung Muslim Syiah, Bani Abbasiyah mendapatkan dukungan dari Khawarij dan Mawalli, yang berubah membenci Bani Umayyah.

Abu As-Saffah kemudian menggerakkan Revolusi Abbasiyah, yang dimulai pada 9 Juni 747 M, guna menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah.

Dalam perkembangannya, pasukan Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Khurasan, Kufah, Herat, Balkh, Tukharistan, Tirmidh, Samarqand, dan Bukhara.

Pada akhir 749 M, Abu As-Saffah resmi dinobatkan sebagai khalifah pertama Daulah Abbasiyah.

Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan

Akhir Perang Saudara Islam III

Memasuki tahun 750 M, pasukan gabungan Abbasiyah, Khawarij, Syiah, dan Irak, melancarkan serangan terhadap Bani Umayyah di Sungai Zab, yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Zab.

Dalam pertempuran, banyak pasukan Umayyah yang goyah dan kelelahan akibat kekalahan serangkaian perang sebelumnya.

Pada akhirnya, Abu as-Saffah memenangkan pertempuran, sementara Marwan II melarikan diri hingga ke Mesir.

Pada April 750 M, Damaskus resmi jatuh ke tangan Bani Abbasiyah. Di saat yang sama, semua keluarga Marwan II terus dilacak dan dihukum mati.

Marwan II sendiri akhirnya tertangkap di Mesir dan dibunuh pada Agustus 750 M. Wafatnya Marwan II secara resmi mengukuhkan Bani Abbasiyah sebagai penguasa kekalifahan di bawah khalifah Abu as-Saffah.

Runtuhnya Bani Umayyah dan digantikan oleh Kekhalifahan Abbasiyah dalam peristiwa Revolusi Abbasiyah juga menandai berakhirnya Perang Saudara Islam Ketiga.

 

Referensi:

  • Ismail, Faisal. (2017). Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XII M). Yogyakarta: Diva Press.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com