Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kariadi, Dokter yang Gugur di Pertempuran Lima Hari Semarang

Kompas.com - 11/11/2021, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Setelah itu, tanggal 1 Juli 1942, dr Kariadi diberi tanggung jawab lebih besar, yaitu sebagai Kepala Laboratorium Malaria di RS Pusat Rumah Sakit Rakyat di Semarang.

Baca juga: Asal-usul Nama Semarang, dari Pohon Asam

Keterlibatan Kariadi dalam Pertempuran Lima Hari

Kariadi terus bekerja sebagai Kepala Laboratorium Malaria di RS Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara) di Semarang hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, 17 Agustus 1945.

Tidak lama setelah proklamasi diumumkan, perang kemerdekaan terjadi di berbagai kota, termasuk Semarang.

Para pemuda di Semarang terus berusaha merebut persenjataan milik tentara Jepang.

Tanggal 14 Oktober 1945, Mayor Kido menolak untuk menyerahkan senjata kepada para pemuda Semarang.

Mengetahui hal tersebut, para pemuda merasa marah dan memutuskan untuk melakukan pergerakan lebih lanjut.

Para pemuda menjadikan aula Rumah Sakit Purusara sebagai markas perjuangan, begitu juga dengan para pemuda rumah sakit yang turut terjun dalam menghadapi Jepang.

Masih di tanggal yang sama, 14 Okober, pukul 06.30, para pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang melintas di depan RS Purusara.

Mobil sedan serta senjata milik Kempetai atau tentara Jepang disita oleh para pemuda.

Sekitar pukul 18.00, pasukan Jepang dengan bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang saat itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Semarang bernama Reservoir Siranda di Candilama. 

Kedelapan anggota polisi istimewa tersebut disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. 

Sore itu juga, muncul kabar bahwa tentara Jepang telah menebarkan racun ke dalam Reservoir Siranda tersebut. 

Untuk mengusut berita penyebaran racun tersebut, pimpinan RS Purusara menelepon dr Kariadi untuk segera memeriksa Reservoir Siranda. 

Begitu mendapat perintah, dr Kariadi pun segera menuju ke Reservoir Siranda. 

Awalnya, keberangkatan dr Kariadi ini ditentang oleh istrinya, drg Soenarti, karena merasa khawatir. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com