KOMPAS.com - Pada abad ke-16, Aceh merupakan salah satu bandar perdagangan penting di wilayah Indonesia bagian barat.
Kedudukan Aceh ini tidak lepas dari jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada 1511. Sejak saat itu, terjadilah persaingan yang berbuntut permusuhan antara Portugis dan Kesultanan Aceh.
Sultan Aceh saat itu, Sultan Ali Mughayat Syah, menganggap kedudukan Portugis di Malaka sebagai saingan dalam bidang politik, ekonomi, dan penyebaran agama.
Di saat yang sama, Portugis menganggap Aceh sebagai sumber kekayaan sekaligus ancaman.
Oleh karena itu, pada 1523 dan 1524, Portugis mengirim pasukan untuk menyerang Aceh, tetapi menemui kegagalan.
Pada 1537, giliran Aceh untuk pertama kalinya mengirim ekspedisi ke Malaka untuk menggempur Portugis.
Penyebab perlawanan Aceh terhadap Portugis adalah sebagai berikut.
Baca juga: Mengapa Aceh Menyerang Portugis di Malaka?
Sebagai persiapan melawan Portugis, Aceh melakukan langkah-langkah antara lain pada tahun 1567 mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli yang berasal dari Turki.
Selain itu, berikut ini persiapan yang dilakukan Aceh untuk melawan Portugis di Malaka.
Akan tetapi, perlawanan rakyat Aceh melawan Portugis hingga akhir abad ke-17 terus menemui kegagalan.
Perjuangan rakyat Aceh kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda, yang berkuasa antara 1607-1639.
Kesultanan Aceh semakin tumbuh menjadi kekuatan besar pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Serangan yang diarahkan ke Malaka pun tidak hanya bertujuan mengusir Portugis, tetapi juga untuk mewujudkan mimpi menyatukan Aceh dan Malaka.
Oleh karena itu, Sultan Iskandar Muda menghimpun kekuatan besar-besaran untuk menyerang Portugis di Malaka.
Berikut ini beberapa persiapan yang dilakukan Sultan Iskandar Muda untuk menggempur kekuatan Portugis di Malaka.
Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus-menerus tetapi sama-sama tidak berhasil mengalahkan, sampai akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC pada 1641.
Referensi: