Target utama yang ingin dicapai dalam Repelita II adalah:
Guna mencapai sasaran-sasaran tersebut, produksi sektor pertanian harus meningkat sekitar 4,6 persen setahun.
Kemudian, sektor industri sekitar 13 persen, pertambangan 10,1 persen, perhubungan 10 persen, bangunan sekitar 9,2 persen, dan sektor-sektor lain sekitar 7,7 persen.
Dengan laju pertumbuhan seperti itu, akan tercapai perubahan struktur ekonomi Indonesia yang akan menjadi landasan kuat bagi pelaksanaan pembangunan.
Secara keseluruhan, Repelita II berhasil dilaksanakan, meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah inflasi.
Kemajuan yang paling pesat terlihat dalam Repelita II ada di bidang pendidikan, baik dalam hal pembangunan sekolah, pengangkatan guru, penyediaan buku belajar, dan peningkatan mutu pendidikan.
Baca juga: Penyimpangan Konstitusi pada Era Orde Lama
Repelita III dimulai tanggal 1 April 1979.
Masih sama seperti Repelita I dan II, dalam Repelita III pembangunan yang dilakukan berlandaskan pada Trilogi Pembangunan dengan tekanan pada segi pemerataan.
Asas pemerataan ini dituangkan dalam 8 jalur pemerataan, yaitu:
Selama program berjalan sampai 31 Maret 1984, Repelita III secara keseluruhan berhasil mencapai tujuannya.
Pemasaran komoditas perdagangan yang semula ke Eropa dan Amerika Serikat dapat diperluas hingga ke kawasan Asia dan Asia Pasifik.
Baca juga: Kebijakan Perdagangan Internasional Bidang Ekspor dan Impor
Pada Repelita IV, Presiden Soeharto berfokus pada sektor pertanian untuk menetapkan swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin sendiri.
Guna menunjang pembangunan inudstri, disusunlah Standar Industri Indonesia (SII), sebagai sarana perlindungan konsumen serta peningkatan efisiensi industri.
Selama Repelita IV, industri logam dasar dan mesin yang merupakan industri berskala besar dikembangkan untuk menyiapkan pembangunan sektor industri.
Pada Repelita V, Presiden Soeharto masih berfokus pada usaha sektor pertanian, seperti: