KOMPAS.com - Rencana Pembangunan Lima Tahun atau Repelita adalah program pembangunan yang dibuat oleh Soeharto selama menjabat sebagai Presiden Indonesia.
Repelita terdapat enam periode, sebagai berikut:
Masing-masing Repelita memiliki tujuannya masing-masing. Akan tetapi, pada dasarnya tujuan Repelita yaitu untuk membangun infrastruktur Indonesia.
Oleh sebab itu, program ini membuat Soeharto disebut sebagai Bapak Pembangunan Indonesia.
Baca juga: Mengapa Soeharto Disebut Bapak Pembangunan?
Semasa Soeharto memimpin sebagai Presiden Indonesia, ia membentuk Kabinet Pembangunan, setelah Kabinet Ampera berakhir.
Kabinet Ampera sendiri adalah kabinet yang dibentuk oleh Presiden Soekarno namun dijalankan oleh Soeharto.
Program kerja yang dicanangkan Kabinet Ampera disebut Caturkarya Kabinet Ampera.
Progra ini bertujuan untuk memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.
Setelah Kabinet Ampera berakhir, dibentuklah Kabinet Pembangunan yang berlangsung selama tujuh periode.
Pada periode pertama, program kerja yang dicanangkan disebut Repelita I.
Repelita I mulai dilaksanakan tanggal 1 April 1969.
Tujuan Repelita I adalah meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya.
Kemudian, sasaran yang hendak dicapai dalam Repelita I ialah sandang, pangan, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Selama program ini berjalan sampai 31 Maret 1974, secara keseluruhan Repelita I berhasil dilaksanakan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Baca juga: Kabinet Pembangunan I-VII: Susunan, Program Kerja, dan Kejatuhan
Repelita II dimulai tanggal 1 April 1974.
Target utama yang ingin dicapai dalam Repelita II adalah:
Guna mencapai sasaran-sasaran tersebut, produksi sektor pertanian harus meningkat sekitar 4,6 persen setahun.
Kemudian, sektor industri sekitar 13 persen, pertambangan 10,1 persen, perhubungan 10 persen, bangunan sekitar 9,2 persen, dan sektor-sektor lain sekitar 7,7 persen.
Dengan laju pertumbuhan seperti itu, akan tercapai perubahan struktur ekonomi Indonesia yang akan menjadi landasan kuat bagi pelaksanaan pembangunan.
Secara keseluruhan, Repelita II berhasil dilaksanakan, meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah inflasi.
Kemajuan yang paling pesat terlihat dalam Repelita II ada di bidang pendidikan, baik dalam hal pembangunan sekolah, pengangkatan guru, penyediaan buku belajar, dan peningkatan mutu pendidikan.
Baca juga: Penyimpangan Konstitusi pada Era Orde Lama
Repelita III dimulai tanggal 1 April 1979.
Masih sama seperti Repelita I dan II, dalam Repelita III pembangunan yang dilakukan berlandaskan pada Trilogi Pembangunan dengan tekanan pada segi pemerataan.
Asas pemerataan ini dituangkan dalam 8 jalur pemerataan, yaitu:
Selama program berjalan sampai 31 Maret 1984, Repelita III secara keseluruhan berhasil mencapai tujuannya.
Pemasaran komoditas perdagangan yang semula ke Eropa dan Amerika Serikat dapat diperluas hingga ke kawasan Asia dan Asia Pasifik.
Baca juga: Kebijakan Perdagangan Internasional Bidang Ekspor dan Impor
Pada Repelita IV, Presiden Soeharto berfokus pada sektor pertanian untuk menetapkan swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin sendiri.
Guna menunjang pembangunan inudstri, disusunlah Standar Industri Indonesia (SII), sebagai sarana perlindungan konsumen serta peningkatan efisiensi industri.
Selama Repelita IV, industri logam dasar dan mesin yang merupakan industri berskala besar dikembangkan untuk menyiapkan pembangunan sektor industri.
Pada Repelita V, Presiden Soeharto masih berfokus pada usaha sektor pertanian, seperti:
Dalam Repelita V, kondisi ekonomi di Indonesia sudah sangat membaik, di mana pertumbuhan ekonomi mencapai 6,8 persen.
Baca juga: Krisis Moneter: Pengertian dan Dampaknya
Dimulai tanggal 1 April 1994, Repelita VI berfokus pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian.
Selain itu, Presiden Soeharto juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Sayangnya, pada Repelita VI, terjadi krisis moneter, tahun 1998, sehingga mengganggu perekonomian Indonesia.
Referensi: