KOMPAS.com- Krisis moneter pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1997. Krisis itu memukul perekonomian dan usaha di Indonesia.
Diambil dari buku Monetary Policy Strategy (2007) karya Frederic S Mishkin, krisis moneter adalah krisis yang berhubungan dengan keuangan suatu negara.
Ditandai dengan keadaan keuangan yang tidak stabil akibat lembaga keuangan dan nilai tukar mata uang yang tidak berfungsi sesuai dengan harapan.
Baca juga: Ingin Atur Keuangan? Gunakan 4 Macam Aplikasi Ini di Ponsel Anda
Ada beberapa penyebab krisis moneter pada suatu negara, di antaranya:
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan konsensus politik secara nasional. Fokus pada pilihan politik untuk merekonsiliasi keperluan penyelesaian secara tuntas terhadap masalah.
Dengan adanya konsensus politik secara nasional, suatu negara dapat menyusun Program Nasional untuk kelur dari krisis dan memulihkan kembali pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk memberantas pengangguran, kemuskinan, dan utang nasional.
Krisis moneter membawa dampak yang kurang baik bagi negara yang tertimpa krisis.
Hal ini disebabkan Karena kurs nilai tukar valas, khususnya dolar AS yang tinggi. Sehingga nilai mata uang jatuh.
Dengan kejadian itu, banyak perusahaan yang terpaksa menghentikan karyawannya dengan alasan tidak dapat membayar upah.
Selain itu pemerintah kesulitan menutup APBN. Harga barang naik cukup tinggi, sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok. Utang luar negeri melonjak dan harga bbm yang terus naik.
Disaat krisis banyak perusahaan yang meminjam uang pada perusahaan negara asing dengan bunga tinggi.
Baca juga: Mau Kondisi Keuangan Moncer di 2020? Lakukan 4 Hal Ini Sekarang
Beberapa hal di atas menjadi dampak dari krisis moneter yang terjadi pada suatu negara.
Dampak krisis moneter lebih banyak negatif. Hal ini karena krisis tersebut mengganggu kesejahteraan masyarakat.
Ada beberapa kebijakan moneyer dalam rangka mengatasi krisis moneter, yaitu: