Kompas.com - Krisis moneter atau krisis finansial di Indonesia terjadi karena krisis finansial Asia 1997-1998.
Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di Indonesia.
Pada Februari 1998, Presiden Soeharto memecat Gubernur Bank Indonesia pada saat itu. Akhirnya Presiden Soeharto dipaksa mundur pada tanggal 21 Mei 1998. Mulai dari sini krisis moneter Indonesia memuncak.
Dalam buku Manias, Panics and Chrashes: A History of Financial Crises (2005) karya CP Aliber, krisis Asia Timur menyebar hampir sebagian negara di dunia.
Krisis ini pertama kali dimulai pada 2 Juli 1997 ketika Thailand mendeklarasikan ketidakmampuan untuk membayar utang luar negerinya.
Tindakan berkelompok dari karakteristik Macan Asia Timur (Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Korea Selatan) kemudian membentuk besarnya pinjaman atas mata uang asing, investasi spekulatif pada real estate dan koreksi mata uang terhadap dollar AS.
Baca juga: BJ Habibie, Pendekatan Ajaib, dan Krisis Ekonomi 1998
Hal tersebut kemudian menjadi overvaluation terhadap mata uang kelompok Macan Asia Timur, seiring meningkatnya tingkat harga domestik mereka.
Seiring berjalannya waktu, Thailand mengalami kerugian hingga 24 miliar dollar AS dari aset cadangannya ketika mempertahankan baht (mata uang Thailand) dan membuat baht terdepresi.
Secara otomatis, Indonesia melepaskan rupiah untuk bergerak mengambang setelah berkembannya tekanan spekulasi.
Krisis tersebut juga menyebar hingga Rusia dan Brazil yang disebabkan oleh faktor priskologis karena pasar finansial.
Dua negara tersebut juga memiliki utang yang besar dan overvaluasi mata uang mereka. Serta Rusia juga memiliki pemerintahan yang korup.
Akibatnya, menghasilkan investasi dengan modal tinggi, dengan maraknya korupsi mengakibatkan besarnya jumlah uang yang keluar namun tidak tepat sasaran.
Pasar saham jatuh pada 11 Agustus 1998, diikuti dengan mengembangnya nilai mata uang Ruble (mata uang Rusia) enam hari kemudian.
Sedangkan permasalahan Brazil merupakan akibat dari deregulasi, defisit fiskal yang besar, pemberhentian sementara aliran modal masuk, dan kerugian pasar ekspor di Asia.
Baca juga: Krisis Ekonomi Kian Dalam, Argentina Kontrol Mata Uang
Khususnya bahan baku kayu untuk kertas mengalami penurunan tajam. Depresiasi kedua dan mengambangnya sektor riil pada awal tahun 1999 mengakibatkan peningkatan harga saham dan apresiasi sektor riil.