Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritual Ujungan, Tarian Pemanggil Hujan

Kompas.com - 22/09/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ujungan adalah tradisi berupa tarian pukul-memukul yang ada di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang dikenal sejak tahun 1960.

Tradisi ini dilakukan dengan cara mengadu dua orang dan mereka harus saling memukul satu sama lain dengan sebuah rotan diiringi musik gamelan.

Dalam melakukan tradisi ini, para penari tidak boleh menggunakan kemarahan dan kebencian.

Para penari memukul orang lain diselingi canda tawa, sehingga tercipta kekompakan di masyarakat.

Tujuan dari tradisi Ujungan adalah untuk meminta hujan. 

Baca juga: Asal Usul Tari Arja dari Bali

Awal Mula 

Tradisi Ujungan bermula dari peristiwa kehidupan masyarakat Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Banjarnegara sekitar tahun 1813. 

Saat itu, Desa Gumelem Wetan sedang dilanda kekeringan yang sangat panjang, sehingga membuat tidak sedikit petani kerap berebut air untuk keperluan sawah atau ladang. 

Suatu hari, di sebuah sumber air, terjadi pertengkaran antara dua petani yang sedang berebut air untuk mengairi sawah. 

Ki Singakerti, salah satu penduduk, melihat kejadian itu dan berusaha untuk melerai, tetapi gagal. 

Akhirnya, Ki Singakerti pun memberikan masing-masing dari mereka sebilah Kayu Rasihe untuk saling sabet. 

Kejadian penyabetan berlangsung cukup lama, membuat tubuh kedua petani tersebut luka-luka dan bercucuran darah. 

Tidak berselang lama, turunlah hujan dengan sangat deras.

Kedua petani ini kemudian tersadarkan atas perbuatan yang mereka lakukan. 

Mereka saling meminta maaf dan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menurunkan hujan. 

Peristiwa "saling sabet" antara kedua petani tersebut, oleh Ki Singakerti dan para Demang di Gumelem dijadikan sebagai momentum yang kemudian menjadi tradisi bernama Ujungan. 

Baca juga: Tari Jejer Gandrung dari Jawa Timur

Perayaan Ujungan

Di Cirebon, alat yang digunakan dalam upacara Ujungan adalah tongkat rotan ukuran kurang lebih 125 cm. 

Alat yang digunakan adalah bedug, ketuk kenong, gendang, gong, dan kecrek. 

Jumlah wiyaganya adalah lima orang. 

Kemudian, di Bekasi, jejak Ujungan terekam dalam artefak dan gerabah yang ditemukan di sekitar situs Buni Bebelan. 

Alat yang digunakan adalah tongkat rotan berukuran 60 cm, dilakukan oleh dua orang, baik perempuan dan laki-laki. 

Para pemain Ujungan pun akan saling beradu kesaktian dengan menggunakan tongkat yang dimainkan berdasarkan keahlian masing-masing. 

Tradisi ini dipimpin oleh wasit yang disebut Bobotoh. 

Bobotoh akan menggunakan tongkat panjang atau selendang sebagai alat pemimpin pertandingan. 

Aturan Ujungan

Seperti pertandingan pada umumnya, akan selalu ada aturan, sebagai berikut:

  • Bagian kepala dan kemaluan tidak boleh dipukul, hanya boleh pinggang ke bawah.
  • Sasaran utama pukulan terletak pad tulang kering dan mata kaki lawan, baik yang kanan maupun yang kiri. 

Setiap pukulan yang berhasil mengenai sasaran tersebut disebut Balan, di mana yang berhasil memukul sasaran akan mendapat nilai.

Pemenang dalam permainan ini, selain ditentukan dari nilai Balan juga ditentukan dari siapa yang keluar dari arena atau tunduk.

Baca juga: Tari Topeng Kuncaran dari Jawa Barat

Perkembangan 

Sebenarnya, tujuan awal dari upacara Ujungan adalah untuk memanggil hujan ketika musim kemarau melanda, seperti yang dilakukan di daerah Jombang.

Sama juga dengan di Probolinggo, di mana penari yang akan dicambuk melakukannya tanpa diperintah melainkan secara sukarela.

Namun, seiring berjalannya waktu, tradiri Ujungan sudah tidak lagi hanya sebagai sarana meminta hujan, tetapi sebagai pertunjukan seni dan hiburan biasa.

Dalam pertunjukan tersebut, tidak ada ketentuan siapa yang menang dan kalah.

Permainan akan berakhir ketika kedua penari yang diadu telah merasa cukup.

Referensi: 

  • Wardani, Ariska Kusuma. (2010). Ujungan Sebagai Sarana Upacara Minta Hujan di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara. Universitas Negeri Semarang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com