KOMPAS.com - Tari Arja Bali merupakan pertunjukan drama tari yang masih sangat digemari oleh masyarakat Bali. Berbeda dengan seni tari lainnya, Tari Arja Bali memadukan konsep drama dengan tari tradisional khasnya.
Tari Arja menggunakan dialog yang ditembangkan secara Macapat, yakni puisi klasik Bahasa Bali atau Jawa Kuno (Kawi). Para penari atau pemerannya akan menari, berdialog dan menyanyi sambil diiringi musik tradisional khas Bali.
Mengutip dari situs resmi Pemerintah Kota Denpasar Bali, menurut sejarah yang beredar, ‘Arja’ diambil dari kata ‘Reja’ dalam Bahasa Sansekerta. Artinya indah atau sesuatu yang mengandung keindahan.
Arja baru muncul di Bali sekitar 1825, tepatnya pada masa pemerintahan I Dewa Agung Sakti di Puri Klungkung, Bali. Dilansir dari Encyclopedia Jakarta, Arja pertama kali ditampilkan dalam pelebon (upacara Ngaben untuk raja dan bangsawan) I Dewa Agung Gede Kusamba (putra Raja Klungkung).
Baca juga: 65 Nama Tari di Indonesia dan Asal Daerahnya
Saat itu, seni drama tari Arja Bali digunakan untuk menyindir permaisuri I Dewa Agung Gede Kusamba yang menolak melakukan labuh geni.
Menurut adat istiadat Puri, seorang istri harus menceburkan diri ke perapian yang sedang membakar mayat suaminya sebagai bentuk kesetiaan, adat ini dikenal dengan istilah labuh geni.
Tindakan permaisuri ini dianggap sebagai suatu hal yang tidak pantas dan sangat memalukan bagi kaum elit penguasa Bali pada masa itu.
Sehingga sebagai bentuk sindiran atas ketidaksetiaan permaisuri, Raja Gianyar (I Dewa Agung Manggis) dan Raja Badung (I Dewa Agung Jambe) saat itu, membuat seni pertunjukan Arja dengan lakon Kesayang Limbur.
Dalam penampilannya, Tari Arja sering menggunakan lakon atau penokohan dalam cerita Panji. Namun, tidak jarang pula drama tari ini juga mengusung kisah Jayaprana, Pakang Raras, Sam-Pik, Rare Angon, Salya atau Senopati Salya dalam kisah Mahabharata, dan cerita lainnya.
Baca juga: Tari Jejer Gandrung dari Jawa Timur
Menurut Pande Ketut Ayu Windasari dalam Analisis Gerak dan Karakter Mantri Buduh dalam Arja, Tari Arja Bali memiliki fungsi utama menghibur. Namun, dalam berbagai penampilannya selalu disuguhkan pesan moral dan unsur estetika yang kuat.
Ada tiga fase atau babak penting dalam Tari Arja Bali, yaitu:
Pada awalnya Tari Arja Bali hanya dimainkan oleh kaum pria saja. Namun, untuk menambah minat penonton, akhirnya drama tari ini dibawakan oleh pria dan perempuan.
Baca juga: Tari Baluse, Tarian Perang Asal Sumatra Utara
Para penari Tari Arja Bali mengenakan pakaian tradisional khas Bali, mulai dari riasan, busana hingga properti yang digunakan sangat kental dengan nuansa Bali.
Misalnya perempuan menggunakan hiasan mahkota di bagian kepalanya, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, nuansa Bali juga semakin terlihat dari penggunaan alat musiknya.
Untuk mengiringi seni drama tari Arja Bali ini, alat musik yang digunakan berupa Gamelan Geguntangan dan Gamelan Gong Kebyar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.