Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Wayang Kulit

Kompas.com - 22/09/2021, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wayang Kulit adalah seni tradisional Indonesia yang berkembang di Jawa.

Wayang berasal dari kata “Ma Hyang” yang berarti menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa.

Selain itu, nama Wayang juga diartikan sebagai bayangan, karena wayang dapat disaksikan oleh penonton dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi.

Baca juga: Apa Manfaat Wayang bagi Pengembangan Warisan Budaya?

Asal Usul

Agama Hindu masuk ke Indonesia dari India jauh sebelum era Islam dan Kristen.

Wayang kulit kemudian berasimilasi dengan budaya lokal dari India dengan perubahan penampilan karakter menyerupai norma budaya.

Ketika Islam mulai menyebar di Indonesia, pertunjukan dewa atau dewa dalam bentuk manusia dilarang.

Oleh sebab itu, dibentuklah wayang.

Raja Raden Patah dari Demak ingin melihat wayang dalam bentuk tradisionalnya, tetapi dilarang oleh pemuka agama Islam.

Akhirnya, para pemuka agama berusaha untuk menghindari larangan Muslim dengan mengubah wayang golek menjadi wayang purwa yang terbuat dari kulit dan hanya menampilkan bayangan saja.

Seni pertunjukan wayang adalah salah satu unsur budaya asli Indonesia yang setelah masuknya budaya Hindu–Buddha terjadi akulturasi. Wujud akulturasi budaya Indonesia dengan budaya Hindu–Buddha dalam seni pertunjukan wayang terdapat pada cerita dan tokohnya.

Proses Pembuatan

Wayang kulit dibuat dari bahan kulit sapi yang telah lebih dulu diproses menjadi kulit lembaran.

Per wayang membutuhkan sekitar 50 x 30 cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan khusus, yaitu besi berujung runcing berbahan dari baja.

Setelah itu, dilakukan pemasangan bagian-bagian tubuh seperti tangan yang terdapat dua sambungan, lengan bagian atas dan siku.

Cara menyambungnya dengan menggunakan sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau sapi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com