Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

I Gusti Ngurah Made Agung: Kepemimpinan, Karya, dan Perjuangannya

Kompas.com - 12/07/2021, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - I Gusti Ngurah Made Agung adalah seorang raja yang berasal dari Denpasar, Bali.

Ia dinobatkan menjadi Raja Badung VII pada 1902. 

Semasa kepemimpinannya, Raja Badung VII menentang penjajahan Belanda. 

Ia membangkitkan semangat perjuangan melalui setiap karya-karya sastra yang ia buat, seperti Geguritan Dharma Sasana, Gegurutan Niti Raja Sasana, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Mohammad Natsir: Peran, Perjuangan, dan Karier Politiknya

Kepemimpinan

I Gusti Ngurah Made Agung lahir di Denpasar, Bali, 5 April 1876. Ayahnya bernama I Gusti Gede Ngurah Pemecutan, Raja Badung V.

I Gusti Ngurah Made Agung adalah Raja Badung VII yang menjadi penentang adanya penjajahan Belanda. 

Sebagai seorang raja, I Gusti Ngurah Made Agung dikenal sebagai sosok yang pemberani serta pantang menyerah demi rakyatnya. 

Oleh sebab itu, I Gusti Ngurah Made Agung sangat menentang adanya Perjanjian Kuta yang terjadi antara raja-raja Bali dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda. 

Ia menganggap bahwa isi perjanjian tersebut hanya merugikan kemerdekaan kerajaan-kerajaan di Bali termasuk Kerajaan Badung.

Selain itu, pemerintah Belanda juga terlalu ikut campur dalam masalah internal yang terjadi di kerajaan-kerajaan Bali.

Dalam perjanjian dengan Belanda, beberapa hukum adat pun dilanggar, seperti hukum tawan karang. 

Baca juga: Jahja Daniel Dharma: Masa Muda, Peran, dan Perjuangan

Karya

I Gusti Ngurah Made Agung adalah seorang raja yang sangat cinta akan budaya dan adat Bali.

Perjuangannya pun ia lakukan melalui karya-karya yang membangkitkan semangat perjuangan dalam melawan penjajah. 

Karya-karyanya antara lain sebagai berikut:

  • Geguritan Dharma Sasana
  • Geguritan Niti Raja Sasana
  • Geguritan Nengah Jimbaran
  • Kidung Loda
  • Kakawin Atlas
  • Geguritan Hredaya Sastra
  • Geguritan Purwasengara

Melalui karya-karya tersebut, I Gusti Ngurah Made Agung selalu memberi pesan moral kepada rakyatnya agar siap sedia angkat senjata melawan penjajah.

Baca juga: Herman Johannes: Masa Muda, Peran, dan Kiprah

Puputan Badung

Pada 27 Mei 1904, Kapal Sri Kumala milik pedagang peranakan Cina yang berbendera Belanda terdampar di kawasan Pantai Sanur.

Sesuai hukum adat yang berlaku, warga Sanur menjarah seluruh muatan kapal, menjadi sang saudagar, dan melapor ke Belanda.

Namun pada 29 November 1842, Kerajaan Badung menyepakati perjanjian atas penghapusan hukum tawan karang.

Bulan September 1906, pemerintah Hindia Belanda membentuk pasukan di bawah komando Jenderal Mayor MB Rost van Tonningen.

Belanda memanfaatkan pelanggaran tersebut untuk menyerang Kerajaan Badung.

I Gusti Ngurah Made Agung pun tidak gentar.

Pada 20 September 1906, Belanda mengebom Denpasar.

I Gusti Ngurah Made Agung tidak menyerah, ia mencoba bertahan dan berusaha menyelamatkan rakyat Badung. 

Tidak gentar dalam melawan tiga batalon infantri dan dua batalyon pasukan artileri, I Gusti Ngurah Made Agung memberi titah "puputan".

Maksud titah tersebut adalah berperang habis-habisan hingga titik darah penghabisan.

Baca juga: Slamet Riyadi: Peran, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Akhir Perjuangan

Dalam perang Puputan Badung tersebut, I Gusti Ngurah Made Agung dan pasukannya gugur. 

Ia wafat pada 22 September 1906 di Badung, Bali.

Karena gugur saat sedang berperang, I Gusti Ngurah Made Agung diberi gelar Ida Betara Tjokorda Mantuk Ring Rana (raja yang gugur di medan perang).

Pemerintah Bali juga mengabadikan I Gusti Ngurah Made Agung dengan mendirikan patung di perempatan Jalan Veteran Denpasar-Jalan Pattimura, Denpasar.

Pada 4 November 2015, ia juga diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo berdasarkan Keputusan Presiden No 116/TK/2015. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com