Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutan Sjahrir: Masa Muda, Kiprah, Penculikan, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 22/06/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sekembalinya Sjahrir ke Indonesia, ia bergabung ke dalam organisasi Partai Nasional Indonesia (PNI Baru) pada Juni 1932 yang kemudian diketuainya. 

Pada 1932, Mohammad Hatta yang juga telah kembali ke Indonesia, turut memimpin PNI Baru. 

Bersama dengan Hatta, Sjahrir mengemudikan PNI Baru sebagai organisasi pencetak para kader pergerakan. 

Karena merasa takut akan potensi revolusioner PNI Baru, pada Februari 1934, pemerintah Belanda menangkap dan mengasingkan Sjahrir beserta Hatta.

Mereka menghabiskan masa pembuangan selama enam tahun di Banda Neira, Kepulauan Banda. 

Baca juga: Abdul Wahid Hasjim: Masa Muda, Kiprah, dan Akhir Hidupnya

Proklamasi Indonesia

Pada masa pendudukan Jepang, Sjahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis (gerakan radikal ideologi nasional). 

Sjahrir meyakini bahwa Jepang tidak akan memenangkan perang. 

Oleh karena itu, kaum pergerakan harus mempersiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di waktu yang tepat. 

Saat itu, Sutan Sjahrir mengetahui perkembangan Perang Dunia secara sembunyi-sembunyi dengan mendengarkan berita dari stasiun radio luar negeri. 

Berita ini kemudian disampaikan Sjahrir kepada Moh. Hatta. 

Sjahrir yang didukung dengan para pemuda lain mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 15 Agustus, karena Jepang sudah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. 

Soekarno dan Hatta yang belum mendengar berita menyerahnya Jepang pun tidak melakukan apa-apa. 

Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang.

Proklamasi juga harus dilakukan sesuai prosedur lewat keputusan Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), bentukan Jepang. 

Rencana PPKI, kemerdekaan Indonesia akan diproklamasikan pada 24 September 1945. 

Tindakan yang dilakukan oleh Soekarno dan Hatta ini membuat para pemuda merasa kecewa. 

Sebab itu, agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang, Sjahrir bersama para pemuda lain menculik Soekarno dan Hatta pada 16 Agustus 1945.

Mereka diasingkan ke Rengasdengklok.

Setelah didesak oleh para pemuda, Soekarno dan Hatta pun setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, yaitu pada 17 Agustus 1945. 

Baca juga: Tan Malaka: Masa Muda, Perjuangan, Peran, dan Akhir Hidupnya

Penculikan Soekarno dan Hatta

Pada 26 Juni 1946, setelah Sjahrir menjadi Perdana Menteri Indonesia, ia diculik oleh oposisi Persatuan Perjuangan yang tidak puas atas diplomasi yang dilakukan Kabinet Sjahrir II. 

Peristiwa ini terjadi di Surakarta.

Diplomasi Sutan Sjahrir dianggap sangat merugikan perjuangan bangsa Indonesia pada saat itu. 

Kelompok ini ingin mendapat pengakuan kedaulatan penuh yang dicetuskan oleh Tan Malaka

Sedangkan Kabinet Sjahrir II hanya menuntut pengakuan atas Jawa dan Madura. 

Perdana Menteri Sjahrir ditahan di suatu rumah peristirahatan di Paras.

Ia diculik oleh kelompok Persatuan Perjuangan yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soedarsono dan 14 pimpinan sipil. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com