Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutan Sjahrir: Masa Muda, Kiprah, Penculikan, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 22/06/2021, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Salah satu di antara mereka adalah Tan Malaka

Presiden Soekarno yang mendengar kabar penculikan ini merasa sangat marah. 

Ia memerintahkan Polisi Surakarta untuk menangkap para pimpinan tersebut. 

Pada 1 Juli 1946, ke-14 pimpinan berhasil ditangkap dan dijebloskan ke penjara Wirogunan. 

Sehari kemudian, 2 Juli 1946, tentara Divisi 3 dipimpin Mayor Jenderal Soedarsono menyerang Wirogunan dan membebaskan ke-14 pimpinan yang ditahan. 

Pada 3 Juli 1946, Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak berhasil dilucuti senjata dan ditangkap di dekat Istana Presiden di Yogyakarta. 

Baca juga: Sahardjo: Kehidupan, Pendidikan, Karier Hukum, dan Akhir Hidupnya

Diplomasi

Setelah tragedi penculikan, Sjahrir hanya bertugas menjadi Menteri Luar Negeri. 

Tugas Perdana Menteri pun diambil alih Presiden Soekarno. 

Namun, pada 2 Oktober 1946, Soekarno kembali menunjuk Sjahrir untuk menjadi Perdana Menteri agar dapat melanjutkan Perundingan Linggarjati. 

Perundingan ini kemudian berhasil ditandatangani pada 15 November 1946. 

Agar Republik Indonesia tidak runtuh, Sjahrir menjalankan siasatnya. 

Sebagai ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP), ia menjadi pencetus perubahan Kabinet Presidensil menjadi Kabinet Parlementer. 

Kabinet Parlementer bertanggung jawab kepada KNIP sebagai lembaga yang punya fungsi legislatif. 

RI sendiri juga menganut sistem multipartai. 

Kepada massa rakyat, Sutan Sjahrir selalu menyerukan nilai-nilai kemanusiaan dan anti kekerasan. 

Dengan siasat-siasat tersebut, Sjahrir berusaha menunjukkan ke dunia intenrasional bahwa revolusi Republik Indonesia adalah perjuangan suatu bangsa yang beradab dan demokratis.

Belanda kerap melakukan propaganda bahwa orang-orang di Indonesia merupakan gerombolan yang brutal, suka membunuh, merampok, dan lainnya. 

Untuk mematahkan propaganda tersebut, Sjahrir menginisiasi penyelenggaraan pameran kesenian yang kemudian diliput dan dipublikasikan oleh para wartawan luar negeri.

Akhir Hidup

Tahun 1955, Partai Sosialis Indonesia gagal mendapat suara banyak dalam pemilihan umum pertama di Indonesia. 

Tahun 1962 sampai 1965, Sjahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili sampai mengalami stroke. 

Sutan Sjahrir ditangkap karena partai yang ia dirikan, Partai Sosialis Indonesia diduga telah terlibat dalam pemberontakan PRRI. 

Setelah itu, Sjahrir diizinkan untuk berobat ke Zürich Swiss. Sjahrir meninggal di Swiss pada 9 April 1956. 

Di tanggal yang sama, melalui Keppres Nomor 76 Tahun 1966, Sutan Sjahrir dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com