Tuanku Imam Bonjol kemudian menyerah kepada Belanda pada Oktober 1837, dengan kesepakatan bahwa anaknya, Naali Sutan Chaniago, diangkat sebagai pejabat kolonial Belanda.
Baca juga: Teuku Nyak Arif: Kehidupan, Kiprah, Perjuangan, dan Akhir Hidupnya
Imam Bonjol kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat.
Lalu, ia dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotta, Minahasa, dekat Manado.
Di tempat terakhir inilah ia meninggal dunia pada 8 November 1864. Tuanku Imam Bonjol disemayamkan di tempat pengasingannya tersebut.
Sebelum wafat, ia telah menulis autobiografi yang berjudul Naskah Tuanku Imam Bonjol. Naskah ini berisi tentang penyesalannya atas kekejaman dalam Perang Padri.
Atas jasanya, Tuanku Imam Bonjol dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 6 November 1973.
Namanya juga dijadikan sebagai nama jalan, stadion, universitas, bahkan pada lembaran uang Rp 5.000,00 keluaran Bank Indonesia pada 6 November 2001.
Referensi: