Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuanku Imam Bonjol: Perjuangan, Perang Padri, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 21/06/2021, 21:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Britannica

Tuanku Imam Bonjol kemudian menyerah kepada Belanda pada Oktober 1837, dengan kesepakatan bahwa anaknya, Naali Sutan Chaniago, diangkat sebagai pejabat kolonial Belanda.

Baca juga: Teuku Nyak Arif: Kehidupan, Kiprah, Perjuangan, dan Akhir Hidupnya

Akhir Perjuangan

Imam Bonjol kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. 

Lalu, ia dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotta, Minahasa, dekat Manado.

Di tempat terakhir inilah ia meninggal dunia pada 8 November 1864. Tuanku Imam Bonjol disemayamkan di tempat pengasingannya tersebut. 

Sebelum wafat, ia telah menulis autobiografi yang berjudul Naskah Tuanku Imam Bonjol. Naskah ini berisi tentang penyesalannya atas kekejaman dalam Perang Padri.

Atas jasanya, Tuanku Imam Bonjol dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 6 November 1973. 

Namanya juga dijadikan sebagai nama jalan, stadion, universitas, bahkan pada lembaran uang Rp 5.000,00 keluaran Bank Indonesia pada 6 November 2001. 

Referensi: 

  • Radjab, M. (1964). Perang Paderi di Sumatra Barat, 1803-1838. Balai Pustaka.
  • Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan. (1991). Wajah dan sejarah perjuangan pahlawan nasional, Vol. 3. Departemen Sosial R.I., Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com