Ia menuju ke Peneki dan dilantik sebagai raja di sana.
Kemudian, ia pun meminta agar orang-orang Bone meninggalkan wilayahnya tersebut.
Melihat hal ini, pasukan Bone kemudian mengepung Peneki guna menangkap La Maddukelleng.
Konflik pun semakin meluas, tidak hanya di Peneki saja, namun juga membakar pemukiman di wilayah Wajo lainnya.
Aksi ini sontak menyulut kemarahan warga Wajo, sehingga banyak yang membantu La Maddukelleng melawan pasukan Bone.
Di saat yang sama, Belanda yang merupakan sekutu utama Bone harus ikut menghadapi pemberontakan.
Karena kekuatannya mulai melemah, La Maddukelleng mengundurkan diri.
Ia meninggal pada 1965.
Berkat jasanya, ia pun dianugerahkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keppres RI No. 109/TK/1998, pada 6 November 1998.
Referensi: