Saat sedang bertugas di Aceh, tengah terjadi pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di sana yang dipimpin Daud Beureueh.
Seselesainya bertugas, pada 1958, Karel ditarik kembali ke Jakarta. Ia ditempatkan di Ciputat.
Namun, di Sulawesi Utara tengah terjadi pemberontakan Permesta dan DI/TII Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, sehingga Karel dikirim ke Sulawesi selama enam bulan.
Pada 2 September 1960, Karel dikirim ke Sumatera Barat selama enam bulan untuk mengatasi pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Ia bertugas di bagian lapis baja kompi C/1129. Setelah itu, Karel bergabung dalam Angkatan Darat.
Selain turut melawan DI/TII dan PRRI/Permesta, Karel juga ikut dalam operasi Trikora untuk membebaskan Irian Barat.
Baca juga: ASEAN: Latar Belakang Berdirinya, Tujuan, dan Negara Anggota
Pada 16 Maret 1963, Karel ditugaskan pada Trikora (Tri Komando Rakyat) untuk turut membantu dalam rangka pembebasan Irian Barat.
Ia bertugas dalam operasi ini selama 10 bulan di perbatasan Irian Barat.
Karel ditugaskan sebagai pasukan/Kompi Gabungan Brigade Mobile dari Jakarta untuk membantu kesatuan-kesatuan Brigade Mobile di Maluku yang dikoordinasi oleh Komisaris Polisi VE Karamoy, komandan Brigage Mobile Provinsi Maluku.
Selesai dari Trikora, Karel pun ditarik kembali ke Jakarta.
Ia diberi kenaikan pangkat menjadi Brigadir Polisi.
Baca juga: Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah
Gerakan 30 September berlangsung antara tanggal 30 September sampai 1 Oktober 1965.
Mereka yang menamakan diri sebagai Gerakan 30 September dengan cara paksa telah melakukan penculikan terhadap beberapa perwira tinggi Angkatan Darat.
Salah satu yang mereka culik adalah A.H. Nasution.
Dipimpin oleh Pelda Djahuru dari Resimen Cakrabirawa, ia mengirim pasukan untuk melakukan gerakan penculikan terhadap Jenderal A.H. Nasution.