Karena rumah A.H. Nasution berdekatan dengan kediaman Wakil Perdana Menteri Indonesia, J. Leimena, mereka berusaha melumpuhkan pengawal yang berada di kediaman tersebut lebih dulu.
Saat itu, petugas yang sedang berjaga di rumah J. Leimena adalah Karel.
Para penculik mulai melancarkan aksi mereka. Para penculik ini terus berusaha untuk menerobos masuk ke dalam kediaman J. Leimena.
Karena tidak ingin membiarkan hal ini terjadi, Karel pun melakukan perlawanan.
Ia berusaha untuk menahan pasukan penculik tidak masuk ke dalam kediaman J. Leimena.
Tiba-tiba, tubuh Karel diberi sebuah timah panas yang membuatnya tersungkur tidak berdaya. Tembakan pun mendarat di tubuhnya.
Karena Karel juga kalah jumlah, ia pun tewas ditembak oleh para penculik.
Ia meninggal dini hari 1 Oktober 1965, saat sedang menjaga rumah J. Leimena.
Baca juga: Mochtar Kusumaatmadja: Kehidupan, Kiprah, dan Konvensi Hukum Laut 1982
Atas segala jasa-jasa Karel, ia pun dikukuhkan menjadi Pahlawan Revolusi Indonesia. Selain itu, pangkatnya juga dinaikkan menjadi Ajun Inspektur Dua Polisi.
Nama Karel juga kini diabadikan menjadi nama sebuah kapal perang Republik Indonesia.
Kapal tersebut bernama KRI Karel Sadsuitubun.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga memberi gelar kehormatan pada Karel dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional.
Nama Karel juga diabadikan pada Bandar Udara Karel Sadsuitubun di Pelabuhan Ratu dan di Ibra, Maluku Tenggara.
Referensi: