Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Republik Maluku Selatan (RMS): Latar Belakang dan Upaya Penumpasannya

Kompas.com - 27/04/2021, 19:09 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Republik Maluku Selatan atau RMS merupakan gerakan separasi yang berpusat di wilayah selatan Maluku. Gerakan ini diproklamasikan pada tanggal 25 April 1950. 

Pemberontakan RMS didalangi oleh mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur (NIT), Soumokil. Ia bertujuan melepaskan wilayah Maluku dari NKRI. 

Baca juga: Pemberontakan DI/TII di Aceh

Latar Belakang

Maluku merupakan salah satu kota yang pada saat itu terkenal akan kekayaan rempah-rempahnya, sebab itu Maluku dijuluki sebagai Kepulauan Rempah. 

Rakyat Maluku pun berdagang tidak hanya dengan pedagang Nusantara saja, tetapi juga mancanegara, seperti Tionghoa, Arab, dan Eropa. 

Kekayaan Maluku akan rempahnya ini kemudian menjadi daya tarik bagi bangsa Eropa yang akhirnya menguasai Maluku. 

Maluku sendiri dinyatakan sebagai salah satu provinsi Republik Indonesia dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan. 

Bersatunya Maluku dengan Indonesia ini guna untuk mencegah Belanda dalam upaya menguasai Maluku dan kekayaannya.

Namun, setelah Maluku dinyatakan bersatu dengan NKRI, Manusama, salah satu tokoh pejuang RMS menyatakan bahwa bergabungnya Maluku dengan Indonesia akan memicu masalah. 

Manusama pun mengadakan rapat bersama para penguasa desa di Pulau Ambon. 

Dalam rapat tersebut, Manusama mengobarkan semangat antipemerintah RIS dan ia mengatakan bahwa orang Maluku tidak mau dijajah orang Jawa. 

Pemerintah Maluku kemudian mengikrarkan proklamasi RMS sehingga secara resmi republik ini telah terlepas dari NIT dan RIS.

Pulau-pulau besar yang ada di RMS adalah Ambon, Seram, dan Buru. 

Baca juga: Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

Konflik

Setelah RMS diproklamasikan, muncul pemberitaan tentang KNIL dari Belanda yang dianggap melindungi para proklamator Maluku Selatan. 

Keterlibatan KNIL ini kemudian memicu kecurigaan pihak Indonesia terkait campur tangan Belanda dalam pendirian RMS. 

Kementerian Pertahanan RIS pun menyatakan bahwa berdirinya RMS harus dituntaskan dengan Operasi Militer, dipimpin oleh Kolonel Kawilarang. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com