Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Kekuasaan Mataram Islam Semakin Surut di Masa Amangkurat I

Puncak kejayaan Kesultanan Mataram terjadi saat pemerintahan Sultan Agung (1613-1645), di mana wilayah kekuasaannya hampir meliputi seluruh tanah Jawa.

Namun, kejayaan Mataram Islam mulai pudar pada masa pemerintahan Amangkurat I, yang berkuasa sepeninggal Sultan Agung.

Kekuasaan Kerajaan Mataram semakin surut ketika masa Amangkurat I karena kekejamannya dan kerja samanya dengan Belanda.

Kerajaan Mataram semakin surut di Masa Amangkurat I

Amangkurat I memiliki nama asli Raden Mas Sayyidin. Ia merupakan putra Sultan Agung yang menduduki takhta Kerajaan Mataram Islam sejak 1645.

Amangkurat I berbeda dari sang ayah. Bukannya membawa Kerajaan Mataram Islam semakin maju, ia malah membuat kerajaan semakin mundur.

Salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Mataram Islam pada masa kepemimpinan Amangkurat I adalah kekejamannya.

Amangkurat I dikenal sebagai raja yang kejam dan bengis, bahkan tidak segan membunuh para pejabat yang dinilai tidak menghormatinya.

Beberapa bangsawan yang menjadi korbannya adalah Tumenggung Wiraguna, Pangeran Alit (adiknya), dan Pangeran Pekik (ayah mertuanya).

Tindakan kejamnya memicu kemarahan dan ketidakpuasan dari rakyat serta para ulama, yang pada akhirnya memunculkan pemberontakan-pemberontakan yang mengancam stabilitas kerajaan.

Selain itu, penyebab kemunduran Kerajaan Mataram Islam pada masa kepemimpinan Amangkurat I adalah sikapnya yang pro dengan VOC.

Amangkurat I bersikap lunak kepada Belanda, bahkan melakukan perjanjian. Kedekatan ini dimanfaatkan oleh VOC dengan secara rutin mengirimkan utusan ke Mataram, yang pada akhirnya turut campur dalam urusan politik kerajaan.

Gaya kepemimpinannya ini tidak disukai oleh rakyat, sehingga menimbulkan banyak pemberontakan. Salah satu yang terbesar adalah Pemberontakan Trunojoyo (1674-1679).

Pemberontakan Trunojoyo dipimpin oleh Raden Trunojoyo, seorang pangeran Madura.

Pangeran Trunojoyo sebenarnya masih termasuk keturunan Sultan Agung, yang menganggap penguasaan Mataram atas Madura sebagai sebuah bentuk penjajahan.

Melihat perangai buruk Amangkurat I, niat Trunojoyo untuk memberontak semakin besar.

Pangeran Trunojoyo bekerja sama dengan Raden Mas Rahmat atau Pangeran Adipati Anom, yang terlibat konflik dengan ayahnya, Amangkurat I,

Pangeran Adipati Anom merasa cemas karena statusnya sebagai putra mahkota akan dialihkan ke saudaranya.

Oleh karena itu, Pangeran Adipati Anom dan Trunojoyo bersepakat untuk menjatuhkan Amangkurat I.

Trunojoyo mengumpulkan pasukannya dengan mengajak masyarakat Madura, pejabat dan rakyat Mataram, serta orang-orang Makassar yang dipimpin oleh Karaeng Galesong.

Trunojoyo memimpin pasukannya menyerbu wilayah Mataram pada tahun 1674.

Ia merebut Surabaya dan Kediri, kemudian berhasil menduduki ibu kota Mataram di Plered pada 1677, hingga memaksa Amangkurat I melarikan diri ke arah Cirebon untuk meminta perlindungan VOC,

Dalam pelariannya, Amangkurat I meninggal dunia karena sakit. Setelah itu, Pangeran Trunojoyo dan Pangeran Adipati Anom justru terlibat konflik.

Perselisihan di antara mereka membuat Pangeran Adipati Anom mengikuti jejak ayahnya untuk bersekutu dengan VOC.

Setelah itu, pengaruh VOC di Mataram Islam semakin besar, dan kemunduran kerajaan semakin tidak terelakkan.

Dapat disimpulkan, akibat kekejaman dan gaya kepemimpinan Amangkurat I, Kerajaan Mataram Islam menuju masa-masa kemunduran.

Serangkaian peristiwa yang terjadi setelah ia meninggal semakin membuat kerajaan jatuh pada kehancurannya.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/04/15/190000479/alasan-kekuasaan-mataram-islam-semakin-surut-di-masa-amangkurat-i

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke