Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengurai Kemacetan Mudik dengan AI: Harapan dari Pemudik

Berbeda dari tahun sebelumnya yang memanfaatkan jalan tol penuh, kali ini saya memilih untuk keluar dari pintu tol Pemalang dan melanjutkan perjalanan melalui jalur selatan non-tol, mencari pengalaman baru.

Namun, apa yang saya temui adalah pemandangan yang tidak asing: kemacetan luar biasa yang tampaknya sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi mudik.

Ini menimbulkan pertanyaan, apakah kemacetan harus selalu menjadi bagian dari tradisi ini?

Fenomena mudik memang memiliki dampak luas, tidak hanya memperkuat ikatan sosial dan meningkatkan ekonomi lokal, tetapi juga menimbulkan masalah kemacetan yang memiliki konsekuensi serius.

Dampak ini bukan hanya tentang terbuangnya waktu atau stres yang meningkat, tetapi juga tentang peningkatan emisi gas rumah kaca dan polusi udara yang mengancam kesehatan kita dan planet ini.

Studi menunjukkan bahwa pergerakan massal selama periode mudik dapat meningkatkan emisi CO2 secara signifikan, menggarisbawahi perlunya solusi yang lebih berkelanjutan.

Menariknya, jawaban atas tantangan ini mungkin sudah ada di ujung jari kita. Beberapa negara telah memelopori penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mengatasi kemacetan, dengan hasil yang menjanjikan.

Di China, misalnya, penerapan AI dalam manajemen lalu lintas di 23 kota telah berhasil mengurangi kemacetan dengan mengoptimalkan waktu lampu lalu lintas dan penyesuaiannya secara real-time.

Sementara itu, Uni Emirat Arab menggandeng Google untuk mengoptimalkan lampu lalu lintas di Abu Dhabi menggunakan keahlian AI Google.

Singapura, sebagai pelopor kota pintar, telah mengimplementasikan solusi AI untuk manajemen lalu lintas, termasuk lampu lalu lintas adaptif dan sistem penarikan tol elektronik yang dinamis.

Turkiye, dalam kolaborasi dengan Hongaria dan Jepang, mengembangkan sistem AI untuk prediksi dan kontrol kemacetan yang diuji coba di Istanbul, menunjukkan potensi kolaborasi internasional dalam pengembangan solusi AI.

Hongaria melalui kolaborasi ini dan inisiatif lain, mengeksplorasi penerapan AI dalam analisis data lalu lintas untuk mengidentifikasi area rawan kecelakaan.

Di Inggris, khususnya di Dewan Kota Hull, sistem manajemen lalu lintas berbasis AI telah diadopsi yang menyesuaikan urutan lampu lalu lintas untuk meningkatkan aliran lalu lintas, menandai upaya serius dalam mengurangi kemacetan dan meningkatkan kondisi transportasi.

Sementara itu, di Indonesia, khususnya Jakarta, inisiatif serupa telah diambil tahun lalu. Dinas Perhubungan DKI Jakarta, di bawah kepemimpinan Syafrin Liputo, telah mulai menggunakan AI untuk mengelola lalu lintas di 20 persimpangan.

Dengan mengandalkan data dari basis data Google, sistem ini dapat menyesuaikan timing lampu lalu lintas secara real-time, menjanjikan penurunan kemacetan hingga 48 persen dengan rencana pengembangan lebih lanjut.

Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasi kemacetan mudik, seperti penerapan jalur satu arah dan contraflow, sementara efektif, masih membutuhkan pendekatan yang lebih holistik dan inovatif.

Integrasi AI dalam manajemen lalu lintas mudik menawarkan solusi yang tidak hanya menanggapi kondisi lalu lintas saat ini, tetapi juga mampu memprediksi dan mengatur aliran lalu lintas untuk mencegah kemacetan sebelum terjadi.

Kemacetan saat mudik bukanlah keharusan yang tidak bisa dihindari. Melalui penerapan teknologi AI, kita memiliki kesempatan untuk mengatasi masalah ini dengan cara yang lebih cerdas dan berkelanjutan.

Inisiatif yang diambil Jakarta memberikan contoh yang baik, menunjukkan bagaimana teknologi dapat berperan dalam mengatasi tantangan lalu lintas.

Dengan kemajuan teknologi ini, ada harapan untuk masa depan di mana perjalanan mudik tidak lagi sinonim dengan kemacetan, tetapi menjadi pengalaman yang lebih nyaman dan ramah lingkungan bagi semua.

Di tengah perjalanan mudik tahun ini, sambil menatap jalan yang terbentang panjang dan sesak di depan saya, saya mulai membayangkan kemungkinan mudik tahun depan yang jauh berbeda.

Dengan penggunaan AI yang semakin meluas dalam manajemen lalu lintas, bukan tidak mungkin kita akan menyaksikan transformasi besar dalam perjalanan mudik ke depan.

Bayangan kemacetan yang menguras waktu dan energi berpotensi digantikan dengan aliran lalu lintas yang lancar, di mana sistem AI yang canggih mengatur ritme perjalanan dengan efisien, memprediksi titik-titik kemacetan, dan secara dinamis menyesuaikan pola lalu lintas untuk menghindari penumpukan kendaraan.

Dalam bayangan itu, mudik bukan lagi tentang kesabaran menghadapi kemacetan, melainkan tentang kegembiraan menyambut pertemuan dengan keluarga tanpa beban.

Ini bukan sekadar mimpi; dengan langkah-langkah yang sudah dimulai di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, mudik tahun depan yang bebas macet dengan bantuan AI bukanlah sesuatu yang terlalu jauh untuk diharapkan.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/04/08/130847579/mengurai-kemacetan-mudik-dengan-ai-harapan-dari-pemudik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke