Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Perang Jagaraga

Antara tahun 1848 hingga 1849, di Jagaraga terjadi pertempuran antara rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih I Gusti Ketut Jelantik, melawan Belanda.

Pertempuran tersebut dikenal sebagai Perang Jagaraga atau Perang Bali II.

Penyebab Perang Jagaraga cukup banyak, salah satunya adalah ketidakpuasan dan kebencian dari raja beserta rakyat Buleleng, yang merasa terhina akibat perjanjian dengan Belanda pada 1846.

Pihak Buleleng merasa kedaulatannya dilanggar, sedangkan Belanda menganggap Buleleng tidak menepati perjanjian di mana mereka harus mengakui berada di bawah kekuasaan Belanda.

Konflik itulah yang memicu meletusnya Perang Jagaraga pada 8 Juni 1848, di mana Belanda menyerang Kerajaan Buleleng dari Pelabuhan Sangsit dengan kekuatan 22 kapal perang yang dilengkapi meriam.

Pada akhir dari Perang Jagaraga di Bali, Belanda keluar sebagai pemenangnya.

Perang Jagaraga melibatkan pertempuran-pertempuran sengit, yang membawa akibat besar bagi Buleleng, maupun bagi Belanda.

Berikut ini dampak Perang Jagaraga.

Dampak Perang Jagaraga bagi Belanda

Setelah memenangkan Perang Jagaraga pada April 1849, Belanda berhasil menguasai wilayah Bali bagian utara.

Akan tetapi, kemenangan itu harus dibayar mahal dengan biaya besar dan korban pasukan yang sangat banyak.

Serdadu Belanda yang tewas dalam Perang Jagaraga berjumlah 264 orang.

Kemenangan yang diperoleh Belanda di Jagaraga menambah nafsunya untuk menguasai daerah-daerah lain di Bali.

Belanda pun menguasai Banjar, di Buleleng barat, pada tahun 1868.

Dampak Perang Jagaraga bagi

Pada tahap akhir Perang Jagaraga, I Gusti Ketut Jelantik dan I Gusti Ngurah Made Karangasem, gugur.

Setelah itu, akhir perlawanan Perang Jagaraga dipimpin oleh Jro Jempiring, yang dibantu pimpinan prajurit Jembrana (Pan Kelab), pimpinan prajurit Mengwi Gusti Nyoman Munggu, pimpinan prajurit gabungan Gianyar dan Klungkung dipimpin Cokorda Rai Puri Satria.

Jro Jempiring, yang mengintruksikan perang Puputan dengan menghunus dua buah keris, akhirnya gugur dengan pimpinan pasukannya.

Prajurit dari Bali yang gugur dalam Perang Jagaraga sebanyak 2.000 orang, termasuk 38 pedanda dan pemangku, 80 pragusti, 83 para manca, dan perbekel.

Jatuhnya Bali utara ke tangan Belanda membawa banyak perubahan dalam kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya penduduk.

Referensi:

  • Sutaba, I Made. (1983). Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/02/15/120000279/dampak-perang-jagaraga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke