Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dua Organisasi Keagamaan yang Muncul pada Masa Pergerakan Nasional

Organisasi-organisasi pergerakan tersebut menjadi wadah bagi rakyat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Di antara berbagai organisasi dengan beragam ideologi dan latar belakang yang lahir pada masa pergerakan nasional, muncul juga dua organisasi keagamaan cukup besar, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Dua organisasi keagamaan yang masih ada hingga sekarang itu, pernah turut hadir dalam membangkitkan semangat persatuan umat Islam untuk berjuang meraih kemerdekaan Indonesia. 

Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan oleh KH M. Hasyim Asy'ari, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.

Salah satu pendukung terpenting Kiai Hasyim adalah Kiai Wahab. Ia adalah sosok yang lincah, memiliki banyak energi, dan banyak akal.

Nahdlatul Ulama didirikan dengan tujuan untuk melestarikan, memajukan, dan mempraktikkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Tujuan awal organisasi ini, sebagaimana dinyatakan dalam Anggaran Dasar yang pertama (1927), adalah mendorong umat Islam untuk memperkuat kesetiaan diri pada salah satu dari empat mazhab yang berbeda (Hanafi, Maliki, Syafi'i, atau Hambali).

Beberapa hal yang dilakukan NU selama masa pergerakan nasional adalah:

  • Memperkuat persatuan ulama yang masih setia kepada mazhab.
  • Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis kitab yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam.
  • Penyebaran ajaran Islam yang sesuai dengan tuntunan empat mazhab.
  • Memperluas jumlah madrasah dan memperbaiki organisasinya.
  • Membantu pembangunan masjid-masjid, langgar, dan pondok pesantren.
  • Membantu anak-anak yatim piatu dan fakir miskin.

Pada 1937, empat tokoh Muslim Indonesia mengadakan pertemuan di Surabaya untuk membentuk Majlis Islam Ala Indonesia (MIAI).

Keempat tokoh yang menghadiri pertemuan itu adalah KH Abdul Wahab Hasbullah (NU), KH Dahlan Ahyad (Muhammadiyah), KH Mas Mansur, dan Wondoamiseno (Sarekat Islam).

Arah yang diambil MIAI sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan NU.

Namun, semua kelompok politik dan sosial di Indonesia kemudian dibekukan ketika Jepang datang pada Maret 1942.

Tidak hanya membekukan MIAI dan NU, Jepang juga menahan KH Mahfudz Siddiq (Ketua PBNU) dan KH M Hasyim Asy'ari (Rais Aam NU).

Muhammadiyah

Setelah mengunjungi kota suci Mekkah, KH Ahmad Dahlan pulang ke Indonesia dengan tujuan untuk menghidupkan kembali Islam. Keinginan ini melahirkan organisasi Muhammadiyah.

Saat itu juga, Ahmad Dahlan membenahi arah kiblat. Namun tekad Ahmad Dahlan ditentang keras, terutama keinginannya untuk membetulkan letak masjid Kesultanan Yogyakarta.

Kemudian, Ahmad Dahlan mendirikan surau dengan letak kiblat yang sesuai, walaupun usahanya ini juga ditentang oleh KH Muhammad Halil dan masjid yang ia dirikan pun hancur.

Namun, keluarga Ahmad Dahlan lantas membangunkan sebuah langgar dengan jaminan tidak akan dirubuhkan lagi.

Langgar milik keluarga Ahmad Dahlan pun menjadi tempat bagi pendiri Muhammadiyah itu untuk mengajarkan dan mempraktikan agama yang menjadi keyakinannya.

Peserta pengajian kemudian menyarankan agar Ahmad Dahlan mendirikan sekolahnya sendiri, sehingga ide-ide pembaharuannya dapat disebarkan secara lebih luas karena isinya mencerminkan pandangan Islam yang modern, inovatif, dan menarik.

Hal ini menandai dimulainya peran Muhammadiyah sebagai pelopor implementasi ide-ide pembaharuannya, khususnya di bidang pendidikan.

Pada 18 November 1912, bertepatan 13 Dzulhijjah 1330 H, di Yogyakarta, Kyai Haji Ahmad Dahlan menanggapi permintaan dari murid-muridnya dan beberapa anggota Budi Utomo, untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan permanen dengan mendirikan Muhammadiyah, sebuah organisasi sosial Islam.

Para anggota kelompok ini berjuang untuk reformasi pendidikan dan perbaikan keyakinan Islam.

Mereka mengatur wakaf, membangun masjid, menerbitkan buku-buku, pamflet, jurnal, dan majalah.

Mereka juga mendirikan lembaga pendidikan tempat masalah-masalah Islam dapat diperdebatkan.

Referensi:

  • Oktavianuri, D. (2018). Politik Etis Dan Pergerakan Nasional. Pontianak: Derwati Press.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/01/08/184129079/dua-organisasi-keagamaan-yang-muncul-pada-masa-pergerakan-nasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke