Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sekutu dan Seteru di Republik Romawi Kuno

Julius Cesar merayap kariernya dari prajurit biasa centurion menjadi jendral yang disebut legatus. Cesar bersekutu dengan orang kaya yang menyediakan dana dan pengaruh, yaitu Marcus Crassus.

Dua persekutuan itu cukup meyakinkan pada awalnya, namun akhirnya juga berkembang menjadi permusuhan dan saling melenyapkan. Bersepakat dalam mencapai tujuan yang sama, namun berpisah dan bertikai ketika berbeda.

Waktu itu, zaman dua ribu lima ratus tahun yang lalu, etika sosial dan politik masih belantara. Tidak ada media, tidak ada hukum internasional, yang ada hanya sistem republik di Romawi. Itu sudah prestasi kota luar biasa bagi manusia.

Sementara bagian dunia lain masih berbentuk kerajaan-kerajaan absolut, kesukuan, masyarakat nomaden, bagian dunia lain masih hidup di hutan-hutan dan berburu.

Romawi sudah membentuk republik, di mana kuasa dan otoritas diatur antara senat, warga (cives), konsul (administrasi tertinggi), dan jendral (legatus).

Julius Cesar mempunyai karier dalam militer yang brilian dan menguasai segala medan perang.

Dalam pengalaman tempurnya, Cesar berperan dalam menundukkan pemberontakan budak Spartacus, dan puncak kariernya adalah memimpin invasi Gaul (Perancis), dan perang-perang lain.

Popularitas Julius Cesar di mata warga (cives Romani) terus naik tak tertandingi. Cesar telah meluaskan daerah koloni di luar Romawi, merekrut lebih banyak lagi tentara (legion) untuk menunjukkan kuasa Romawi di wilayah-wilayah tetangga.

Legatus Cesar dan konglomerat Crassus bersatu. Saling bekerjasama. Crassus menguasai senat dengan pengaruhnya.

Senat terdiri dari orang-orang kaya dan darah biru di Romawi, mereka mendukung program militer Cesar dengan pengaruh Crassus.

Ada satu lagi Legatus, yaitu Gneaus Pompeius yang juga berpengalaman dalam perang dan penaklukan, sepadan dengan Julius Cesar.

Pompeius dan Cesar juga akhirnya bersatu, terutama ketika putri satu-satunya Cesar, bernama Julia, menikah dengan Pompeius. Cesar sibuk menaklukkan Gaul, sementara Pompeius bersama Crassus mengatur politik Republik Roma.

Tiga orang berpengaruh di Romawi berkoalisi: Cesar, Crassus, dan Pompeius. Tiga orang itu dikenal dengan istilah triumvirate.

Dari segi pendanaan semua program jelas di tangan Crassus. Dari segi popularitas dan pengaruh di mata cives diatasi oleh Cesar. Dan Pompeius berperan dalam mengamankan senat dan legionnya sendiri tidak berulah.

Romawi kuno aman dan damai ketika tiga pemimpin itu bersatu. Cives bangga dengan penaklukan Legatus Cesar. Dana disandang oleh bandar Crassus. Pompeius mengamankan pasukannya dan memengaruhi senat.

Sepertinya SPQR bahagia. Pemimpin dan rakyat menunjukkan kolaborasi dengan perannya masing-masing. Tapi itu hanya sementara.

Ketika terjadi perselisihan ketiganya, Romawi goncang. Politik, sosial dan ekonomi porak poranda.

Baik Crassus maupun Pompeius sepertinya tidak bahagia dengan popularitas Cesar yang naik terus. Prestasi penaklukan Gaul membuat ketokohan Cesar laiknya dewa di mata dan telinga cives Romani.

Mereka mengelu-elukan Cesar setiap saat. Dua tokoh itu tidak merasa aman dengan prestasi dan ketenaran Cesar. Telinga dan hati Crassus dan Pompeius panas, iri, dan cemburu.

Maka, Crassus dan Pompeius berusaha menghalangi kebesaran Cesar dan melucuti kekuasaannya di Romawi.

Keberadaan Cesar di Gaul sulit dikendalikan, karena legion di bawah Cesar loyal. Satu-satunya cara adalah Senat memanggil pulang Cesar, bagaimana caranya tanpa legion supaya tidak berbahaya.

Crassus sendiri ingin membuktikan bahwa dirinya juga bisa menaklukkan wilayah luar Romawi. Maka dengan uang dan pengaruhnya, dia berangkat menaklukkan Parthia.

Dalam salah satu pertempuran di Carrhea dia terbunuh. Ada banyak anekdot dan rumor bagaimana Crassus terbunuh.

Satu kisah menceritakan musuhnya memaksa dia untuk minum emas mendidih sebagai simbol keserakahannya.

Kekayaan dan dominasi Crassus dalam ekonomi di Republik Romawi memang kokoh. Dengan kekayaan itu dia memengaruhi senat dan rakyat. Politik dikendalikan oleh uang. Politik uang bahasanya sekarang.

Cesar memenuhi panggilan senat, pulang dari Gaul menuju Roma. Namun, kepulangannya dikawal legionnya.

Dalam banyak kisah yang dramatis, dia dan legionnya menyeberangi sungai Rubicon. Maka istilah dalam bahasa Inggris menyebut "crossing Rubicon", yang merujuk pada siapnya ia menangung risiko dan tidak akan menyesal.

Artinya dengan membawa tentara, menyeberang Rubicon berarti menantang musuh-musuhnya di kota Roma.

Cesar menantang perang saudara. Kata-kata yang terkenal diucapkan oleh Cesar dalam mengutip istilah drama Yunani adalah: Alea eacta Est (taruhan sudah terjadi, dadu sudah dilempar, maju terus).

Sepadan dengan istilah Jawa, sedumuk batuk, senyari bumi, ditohi pati. Satu sentuhan di kening, sejari tanah, dibela dengan nyawa, berani mati. Sudah kadung maju, pantang mundur.

Perang saudara tidak terelakkan. Pompeius melarikan diri ke Yunani. Dikejar Cesar sampai Pharsalus.

Pompeius dan legionnya kalah dan lari ke Mesir. Di sana dia dipenggal kepalanya oleh orangnya Ptolemeus, Fir’aun Mesir.

Setelah dua sekutu sekaligus rivalnya Crassus dan Pompeius terbunuh, Cesar diangkat sebagai diktator oleh senat. Namun, senat pun tidak bahagia, mereka bersekongkol untuk menusuk-nusuk Cesar ramai-ramai hingga tewas.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/28/103000679/sekutu-dan-seteru-di-republik-romawi-kuno

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke