Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dharmawangsa, Raja Terakhir Mataram Kuno

Ia memerintah Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur atau kerap disebut Kerajaan Medang, dari tahun 990 hingga 1017.

Dharmawangsa Teguh gugur pada 1017 dalam peristiwa Pralaya Medang, yakni serangan pasukan Wurawari yang meluluhlantakkan Kerajaan Mataram Kuno.

Asal-usul Dharmawangsa

Dharmawangsa adalah cicit dari Mpu Sindok, yakni raja yang memindahkan ibu kota Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada awal abad ke-10.

Silsilah Dharmawangsa sebenarnya tidak diketahui secara jelas.

Menurut keterangan beberapa prasasti, ia diduga sebagai putra Makutawangsawarddhana (985–990).

Dalam Prasasti Pucangan, hanya disebutkan Makutawangsawarddhana mempunyai putri bernama Gunapriyadharmmapatni atau Mahendradatta, yang menikah dengan Udayana dari Bali.

Diduga, Dharmawangsa adalah saudara dari Gunapriyadharmmapatni. Nama Dharmawangsa baru muncul pada Kitab Wirataparwwa dari tahun 996.

Dalam kitab tersebut, disebut nama raja yang memerintah saat itu, yakni Dharmawangsa Teguh Anantawikrama.

Prasasti Sirah Keting dari tahun 1204 yang ditemukan di Ponorogo, menyebutkan nama asli Dharmawangsa, yakni Sang Apanji Wijayamertawarddhana.

Setelah menjadi raja, ia bergelar Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa Teguh Anantawikramottunggadewa.

Menyerang Kerajaan Sriwijaya

Karena kurangnya sumber sejarah, tidak banyak informasi yang diketahui dari masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh.

Informasi penting ditemukan dalam berita-berita China, yang menuliskan adanya serangan dari Jawa ke Kerajaan Sriwijaya, pada masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh, tepatnya pada 992.

Diduga, serangan itu dilakukan sebagai upaya Dharmawangsa Teguh meluaskan kekuasaannya sampai ke luar Pulau Jawa.

Namun, serangan itu belum mampu menggoyahkan kekuatan Kerajaan Sriwijaya.

Siapa yang membunuh Dharmawangsa?

Dharmawangsa Teguh terbunuh dalam serangan raja bawahannya dari Wurawari. B Schrieke berpendapat bahwa letak Wurawari di Banyumas, Jawa Tengah.

Dalam serangan mendadak tersebut, pasukan Wurawari mendapat dukungan dari laskar Sriwijaya.

Saat itu, ibu kota Dharmawangsa Teguh kemungkinan berada di daerah Madiun sekarang.

Serangan dari Wurawari yang terjadi pada tahun 1017 disebut sebagai peristiwa Pralaya Medang.

Yang dimaksud dengan pralaya adalah kehancuran dunia, karena konon katanya peristiwa ini menewaskan banyak pembesar kerajaan, termasuk Dharmawangsa, hingga membuat Pulau Jawa bagai lautan darah.

Pralaya Medang terjadi tidak lama setelah pernikahan putri Dharmawangsa dengan Airlangga.

Airlangga adalah putra Gunapriyadharmmapatni dan Udayana, atau keponakan Dharmawangsa sendiri.

Ada pula yang berpendapat bahwa Pralaya Medang terjadi pada waktu perayaan pernikahan Airlangga dan putri Dharmawangsa.

Terkait alasan serangan Haji Wurawari, mungkin sekali ia berambisi untuk menikahi putri Dharmawangsa, agar bisa menduduki takhta Mataram Kuno.

Untuk melampiaskan kekecewaannya, serangan mendadak pun dilakukan, yang membuat ibu kota Mataram Kuno hancur menjadi abu.

Dalam peristiwa Pralaya Medang, hanya Airlangga yang selamat setelah melarikan diri ke dalam hutan bersama satu abdinya.

Airlangga inilah yang nantinya menjadi pengganti Raja Dharmawangsa dan mendirikan kerajaan.

Kerajaan baru yang didirikan oleh Airlangga dikenal dengan nama Kerajaan Kahuripan.

Dharmawangsa dicandikan di dharmma parhyangan di Wwatan pada bulan Caitra tahun 939 Saka (antara 21 Maret dan 21 April 1017).

Tidak diketahui pasti di mana Wwatan saat ini, meski ada ahli yang berpendapat Wwatan adalah Desa Wotan di Madiun.

Hancurnya ibu kota dan meninggalnya seluruh kerabat kerajaan, termasuk Raja Dharmawangsa, menandai runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/25/140000879/dharmawangsa-raja-terakhir-mataram-kuno

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke