Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Benteng Portugis di Jepara

Tepatnya, Benteng Portugis berada di Desa Banyumanis, sekitar 45 kilometer dari Jepara.

Untuk bisa mencapai lokasi ini, setiap pengunjung harus membawa kendaraan pribadi, karena tidak ada rute transportasi umum yang menuju ke Benteng Portugis.

Apabila dilihat dari sisi geografisnya, benteng ini berada di lokasi yang sangat strategis untuk kepentingan militer, khususnya pada zaman dulu.

Benteng ini dibangun di atas sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau Mondoliko.

Sejarah

Pada 1619, Kota Jayakarta atau Sunda Kelapa telah dimasuki oleh Kongsi Dagang Hindia Belanda (VOC).

Melihat kondisi ini, Raja Kerajaan Mataram, yaitu Sultan Agung khawatir Kota Jayakarta akan terancam dengan adanya VOC di dalamnya.

Oleh sebab itu, Sultan Agung segera mempersiapkan pasukannya untuk mengusir penjajah Belanda pada 1628 hingga 1629.

Sayangnya, pihak Mataram mengalami kekalahan.

Kendati begitu, Sultan Agung tidak langsung menyerah.

Sultan Agung kembali mencari cara dan berpikir bahwa VOC hanya dapat dikalahkan melalui serangan darat dan laut.

Padahal, Mataram tidak memiliki armada laut yang kuat, sehingga perlu adanya bantuan dari pihak ketiga untuk menyerang VOC.

Pada saat bersamaan, VOC sedang berseteru dengan Portugis. Sultan Agung kemudian memanfaatkan situasi ini untuk bekerja sama dengan Portugis menyerang VOC.

Portugis pun setuju untuk bekerja sama dengan Sultan Agung.

Segera setelah itu, Portugis membangun sebuah benteng pertahanan yang disebut sebagai Benteng Portugis.

Mitos

Tercatat bahwa bangsa Portugis hanya menempati benteng tersebut selama beberapa tahun.

Sebab, konon, ada terdapat banyak gangguan yang memakan korban jiwa di benteng itu.

Di Selat Mandalika terdapat sebuah pusaran air laut. Menurut warga sekitar, pusaran air laut itu merupakan pintu gerbang Keraton Luweng Siluman yang dipimpin oleh Siluman Bajul Putih.

Konon, setiap ada orang berkulit putih seperti bangsa Portugis akan langsung tersedot ke dalam pusaran air laut itu dan menghilang.

Benteng Portugis pada masa penjajahan Jepang

Pada masa penjajahan Jepang, Benteng Portugis kembali digunakan.

Jepang memanfaatkan benteng ini sebagai tempat pengintai laut.

Selain itu, Jepang juga melakukan sejumlah perbaikan, seperti membangun kembali menara benteng yang sudah hancur dan dibuat lebih tinggi.

Lalu, pada bagian bawah menara dibuat sebuah lorong bawah tanah yang tembus ke pantai di kaki bukit.

Lorong ini dimaksudkan untuk mempercepat petugas kerja di benteng yang ingin turun ke pantai.

Demikianlah Benteng Portugis difungsikan oleh Jepang hingga kekalahan mereka di Perang Dunia II.

Bangunan fisik

Saat ini, Benteng Portugis tinggal pagarnya saja yang terbuat dari batu padas yang disemen.

Benteng Portugis memiliki 3 pintu yang terdiri dari satu pintu utama di sisi selatan benteng, satu pintu di sisi barat, dan satu lagi di sisi utara.

Lebih lanjut, bangunan ini memiliki tiga buah tembok dengan tebing bukit sebagai tembok keempatnya.

Tinggi tembok pada bagian sisi utara sekitar 160cm, sedangkan di ujung timur sekitar 200 cm.

Referensi:

  • Sylado, Remy. (2009). Hotel Pro Deo. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Kemdikbud 

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/07/140000079/sejarah-benteng-portugis-di-jepara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke