Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Prasasti Haludayeuh, Sanjungan untuk Prabu Siliwangi

Meski kondisi fisik prasasti tidak lagi utuh, para peneliti menemukan potongan nama raja yang dapat mengungkap latar belakang prasasti ini.

Prasasti Huludayeuh menyebut nama Sri Baduga Maharaja, atau lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi dari Kerajaan Sunda Pajajaran.

Berikut ini sejarah penemuan dan isi Prasasti Huludayeuh.

Isi Prasasti Huludayeuh

Keberadaan Prasasti Huludayeuh pertama kali diketahui oleh masyarakat sekitar pada Februari 1991.

Namun, para ahli arkeologi baru mengetahuinya menjelang akhir 1991, melalui pemberitaan surat kabar harian Kompas dan Pikiran Rakyat.

Batu Prasasti Huludayeuh berukuran tinggi 75 cm, lebar 35 cm, dan tebal sekitar 20 cm.

Keadaan Prasasti Huludayeuh tidak utuh lagi, di bagian kanan dan kirinya terdapat patahan yang hilang.

Oleh sebab itu, beberapa kata dan hurufnya turut hilang pula, sementara sebagian lainnya sudah aus dimakan usia.

Tulisan yang masih tampak terdiri dari 11 baris, yang ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan berbahasa Sunda Kuno.

Karena kondisi prasasti, para ahli arkeologi cukup kesulitan untuk menerjemahkan dan mengetahui isinya secara keseluruhan.

Dari penggalan-penggalan kalimat dan kosa kata yang masih terlihat jelas, tampak nama raja yang disebut pada baris pertama sampai baris keempat.

Berdasarkan perbandingan dengan nama raja yang disebutkan pada prasasti peninggalan Kerajaan Sunda yang lain, diketahui bahwa raja yang disebut dalam Prasasti Huludayeuh adalah Ratu Purana Sri Baduga Sri Maharaja Ratu Haji ri Pakwan Sya San Ratu Dewata atau Sri Baduga Maharaja.

Sri Baduga Maharaja atau lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi, adalah raja Sunda yang memerintah antara 1481-1521, dengan pusat kekuasaan berada di Pakuan Pajajaran.

Prasasti Huludayeuh dikeluarkan sebagai tanda penghormatan atas usaha-usaha kebajikan yang telah dilakukan oleh Sri Baduga Maharaja.

Karena isinya itu, para ahli memperkirakan prasasti ini tidak dikeluarkan oleh Sri Baduga Maharaja sendiri, melainkan oleh raja penggantinya, yakni Raja Surawisesa (1521-1535).

Pasalnya, Raja Surawisesa pula yang mengeluarkan Prasasti Batu Tulis dalam rangka memperingati jasa-jasa Sri Baduga Maharaja.

Meski angka tahun prasasti telah hilang, penyebutan nama Sri Baduga Maharaja menunjukkan bahwa prasasti ini berasal dari abad ke-16.

Referensi:

  • Djafar, H. (1994). Prasasti Huludayeuh. Berkala Arkeologi, 14(2): 197-202.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/16/130000379/prasasti-haludayeuh-sanjungan-untuk-prabu-siliwangi-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke