Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peninggalan Megalitik di Negeri Seribu Megalit Sumatera Selatan

Megalit dapat berupa monolit (batu tunggal), dolmen (batu horizontal yang ditopang oleh dua atau lebih batu tegak), menhir (batu tegak), atau dalam bentuk berkaitan dengan kehidupan.

Megalitikum adalah periode dalam sejarah manusia yang ditandai dengan penggunaan batu-batu besar dalam konstruksi dan seni. Periode ini terjadi sekitar 4.000 hingga 2.500 tahun SM.

Di Indonesia, situs-situs megalitikum banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, dan sekitarnya.

Oleh karena itu, Lahat dinobatkan sebagai kabupaten pemilik situs megalitik terbanyak di Indonesia, sehingga dijuluki sebagai Negeri Seribu Megalit.

Persebaran situs megalit di Kabupaten Lahat

Pada 2012, Lahat dikukuhkan dalam rekor Muri sebagai kabupaten pemilik situs megalit terbanyak di Indonesia.

Pada 2002, di Lahat telah ditemukan situs megalit sebanyak 67 dengan seribu lebih artefak, tentunya ada penambahan lagi karena masih dilakukan penelitian lanjut.

Situs megalitik di Kabupaten lahat banyak ditemukan di wilayah-wilayah dataran tinggi, semisal situs megalit Tinggi Hari.

Beberapa situs megalit di kabupaten lahat adalah Situs Tanjung Sirih, Situs Pulaupanggung, Situs Rindu Hati, Situs Tinggihari 1, Arca Macan Situs Pagaralam Pagargunung, Situs Kotaraya Lembak, Situs Gunung Megang, dan sebagainya.

Setiap situs memiliki ciri khas masing-masing. Misalnya, di Situs Pulaupanggung terdapat benda megalit berupa patung gajah yang ditunggangi.

Jenis batu yang menjadi dasar seni zaman megalit di Lahat, menurut penelitian arkeologi, merupakan batu dari muntahan perut bumi.

Selaras dengan itu, wilayah-wilayah situs megalit ini ada di kawasan perbukitan dan gunung-gunung yang sangat mungkin berasal dari letusan gunung yang kemudian terpencar.

Batu yang tersebar ini kemudian digunakan oleh manusia-manusia praaksara sebagai objek pengekspresian seni dan budaya yang melahirkan berbagai macam bentuk megalit.

Corak megalit di Kabupaten Lahat

Corak megalit yang melekat pada situs-situs megalitikum di Kabupaten Lahat pernah dikaji oleh beberapa peneliti sejak masa kolonial.

L. Ullmann dalam artikelnya Hindoe – Belden in Binnenlanden van Palembang yang ditulis pada 1850, mengemukakan bahwa situs megalit itu peninggalan masa Hindu.

Namun, teori ini kemudian dibantah Van der Hoop yang menyebut bahwa situs megalit di Lahat merupakan peninggalan masa lebih tua lagi.

Selain itu, corak yang melekat pada benda megalit di Lahat cenderung berbeda dengan megalit di daerah-daerah lain.

Situs megalit di Kabupaten Lahat memiliki corak yang lebih dinamis, maksudnya benda-benda tersebut dibuat seakan sedang bergerak.

Referensi:

  • Prayitno, D. D., Syarifuddin, S., & Dhita, A. N. (2020). Situs Tinggi Hari Sebagai Objek Wisata Edukasi Di Kabupaten Lahat. Keraton: Journal of History Education and Culture, 2(1).
  • Sudaryadi, A. (2016). Penyelamatan Arca-Arca Megalitik Situs Padang Perigi Kabupaten Lahat. Siddhayatra, 21(1), 13-23.
  • http://giwang.sumselprov.go.id/
  • kebudayaan.kemdikbud.go.id/

https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/07/150000679/peninggalan-megalitik-di-negeri-seribu-megalit-sumatera-selatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke